26 November 2011

Etika Membangun Jaringan

Hubungan silaturahmi harus didasari keikhlasan dan dari hati ke hati. Dengan ini hubungan akan terasa indah dan menyenangkan. Hubungan yang dibangun dengan tidak didasari keikhlasan dan ketulusan maka akan berujung dengan kekecewaan dan perselisihan dan cendrung akan menjadi masalah. Namun, bagi orang-orang yang bisa membina hugubungan relasi dengan ketulusan dan saling percaya, maka dia akan melejit menjadi orang sukses.

Untuk membangun silaturahmi yang langgeng maka ada sebuah rumus yang disebut dengan 3A. Rumus ini dikembangkan oleh Aa Gym seorang yang berhasil dalam membina relasi dan jaringan dengan berbagai pihak. Kalau konsep ini bisa kita terapkan maka insya Allah hubungan silaturahmi kita akan berjalan dengan baik dan berujung kepada kesuksesan.

Pertama, aku aman bagimu. Usahakanlah kehadiran kita di tengah-tengah orang lain mendatangkan perasaan aman bagi orang lain. Jangan sampai kehadiran kita membuat orang merasa tidak aman. Tunjukkanlah hal itu dengan penampilan yang baik, sikap yang ramah, dan senyuman yang tulus. Hal ini pada tahap awal sudah membuat orang merasa aman dekat dengan kita. Berbeda halnya ketika kita berada di antara kumpulan preman misalnya, maka kita akan merasa tidak aman karena takut di rampok, dipukuli dan diganggu. Karena sesungguhnya kebaikan yang ada dalam diri kita akan tepancar dari sikap dan penampilan kita sehingga membuat orang merasa tenang dan aman.

Agar kita menjadi orang yamg aman bagi orang lain maka hindari penghinaan kepada orang lain, jangan ikut campur urusan pribadi orang lain, jangan memotong pembicaraan orang lain, hindari membanding-bandingkan, jangan merusak kebahagiaannya, jangan mengungkit masa lalunya, dan sikap-sikap lainnya yang membuat orang merasa tidak aman dengan kehadiran kita.

Kedua, aku menyenangkan bagimu. Artinya berusahalah agar kehadiran kita merupakan kehadiran yang ditunggu-tunggu oleh orang lain, karena kehadiran kita mendatangkan kebahagiaan dan kesenangan bagi orang lain. Jadi, hadirnya kita benar-benar terasa bedanya. Kalau kita tidak hadir justru dicari, sehingga timbul kebutuhan dari orang lain akan kehadiran kita. Ketika kita tidak hadir orang akan merasa kehilangan. Ini adalah hubungan relasi yang lebih tinggi dari sekedar berkenalan. Hal ini tentu didasari bahwa kehadiran kita selalu mendatangkan manfaat bagi orang lain.

Hal ini bisa diraih dengan selalu tampil dengan wajah cerah ceria, senyuman yang tulus, kata-kata yang santun dan lembut, sikap sopan dan penuh penghormatan, penampilan yang menenangkan, dan sikap suka memaafkan orang lain. sikap ini insya Allah akan membuat kita dirindukan kehadirananya dimanapun kita berada.

Ketiga, aku bermanfaat bagimu. Kehadiran kita dinilai dari kemanfaatan yang kita berikan kepada orang lain, bukan dari keuntungan apa yang kita dapatkan dari orang lain. Oleh karena itu, pastikan di manapun kita berada maka kehadiran kita selalu mendatangkan manfaat bagi orang lain walau sekecil apapun. Bahkan rasul pernah bersabda bahwa orang yang paling baik adalah orang yang pang banyak manfaatnya bagi orang lain.

Untuk itu ada beberapa kiat yang bisa dilakukan agar kita bermanfaat bagi orang lain, diataranya dengan senang berkirim hadiah kepada relasi kita, selalu siap menolong ketika dibutuhkan, dan tidak sungkan membagi ilmu dan pengalamannya. Itulah kiat-kiat yang bisa dilakukan agar kita bermanfaat bagi orang lain.

Dalam membina relasi dan jaringan banyak sekali hadis-hadis yang membimbing kita diataranya, ”Beritahukan pada nasab keturunanmu sesuatu yang dapat menyambung saudaramu. Sesungguhnya menyambung sanak saudara menibulkan kasih sayang dalam keluarga, melimpahan harta benda dan menambahkan usia.”(HR Ahmad), ”Barangsiapa ingin dipanjangkan usianya, dilapangkan rezekinya dan dihindarkan dari kematian yang buruk, maka hendaklah dia bertakwa kepada Allah dan menyambung sanak saudaranya.” (HR al Bazzar), ”Barang siapa takut kepada Tuhannya, dan menghubungi sanak saudaranya, maka Allah akan memanjangkan usianya, menambahkan hartanya, dan dicintai keluarganya.”(HR Bukhari). Wallahua’lam.***










































No comments:

Post a Comment