Saat ini, wacana entrepreneur sudah merebak di mana-mana bahkan sudah banyak yang menindaklanjuti dengan bisnis rill di lapangan. Seminar-seminar dan training kewirausahaan pun terus berkembang dan turut mendorong lahirnya para entrepreneur baru. Hal ini juga diikuti oleh berkembangnya berbagai komunitas entrepreneur di berbagai daerah.
Namun ada sebagian entrepreneur yang terjebak hanya semata-mata mencari kekayaan materi tanpa mempedulikan nilai-nilai dan etika dalam berbisnis. Orientasinya hanya sekedar menumpuk kekayaan dan terjebak dengan kehidupan yang hedonistis. Hal ini jelas berdampak kepada kehancuran bisnisnya sendiri. Bagi mereka nilai-nilai etika sudah tidak ada lagi dalam kamus hidupnya. Mereka menggunakan cara apa saja, yang penting cepat kaya. Dia lakukan segala cara apakah dengan menimpu Bank, praktek riba, menjual barang terlarang atau money game. Padahal jelas cara-cara itu dilarang oleh Allah. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.” (Annisa [4]: 29).
Oleh karen itu, kalau konsep bisnis seperti ini terus dipertahankan maka akan berdampak kepada kehancuran tatanan bisnis dan ekonomi di Negara ini, dimana orang bebas mengeruk keuntungan dengan cara apa saja. Ada yang mengeruk keuntungan dari bisnis narkoba, minuman keras, vcd porno, prostitusi dan berbagai bisnis terlarang lainnya. Sudah barang tentu kita tidak akan membiarkan orang mengeruk keuntungan pribadi dengan cara merusak bangsa ini. ”Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.”(al baqarah[2]:60)
Apalagi kalau ditinjau dari sudut pandang Islam maka kekayaan materi berupa uang, jabatan, dan kesenangan hidup lainnya hanyalah kesenangan yang semu. Kebahagiaan yang hakiki hanya ada di akhirat nanti. Apa yang di sisi Allah lebih baik dan kekal. Allah berfirman dalam Al Quran, ”Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak....Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (al Hadid [57]:20)
Untuk itu konsep bisnis berbasis spiritual harus segera kita terapkan dalam bisnis kita. Gede Prama, seorang pakar manajemen pernah mengatakan, ”Kalau perusahaan ingin sustainable dan berumur panjang, ia harus menganut nilai-nilai spiritual. Dengan begitu, integritasnya akan teruji dan dipercaya mitra bisnisnya.”
Bisnis dengan tetap menjaga nilai-nilai etika bukan sesuatu yang tidak mungkin. Karena berdasarkan fakta, banyak perusahaan-perusahaan yang hancur karena tidak menjaga etika dalam berbisnis. Salah satunya adalah perusahaan energi ENRON yang didirikan di AS tahun 1985. Perusahaan ini bangkrut karena skandal keuangan. Akibatnya nilai sahamnya jatuh dari 95 dolar menjadi 45 sen. Bahkan 20 ribu orang karyawannya kehilangan dana simpanan pensiun. Hal ini bahkan dianggap sebagian pengamat telah membawa implikasi politik dan ekonomi yang lebih luas ketimbang tragedi WTC.
Oleh karena itu, sudah saatnya kita berbisnis dengan menerapkan nilai-nilai etika dan spiritual. Allah sudah menjanjikan ”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”(al araf[7]:96) Wallahua’lam.***
No comments:
Post a Comment