Strategi barat dalam
menghancurkan Islam adalah dengan perang pemikiran [al ghazwul fikri]. Inilah senjata
ampuh mereka dalam merusak akidah, pemikiran dan perilaku umat islam. Salah satunya
adalah dengan menggunakan media sosial.
Sebagaimana kita ketahui di era
informasi ini media sosial menjadi sarana komunikasi dan pembentuk opini yang paling
efektif. Media cetak dan televisi tidak lagi efektif karena lebih lambat dalam
menyebarkan informasi dibanding media sosial. Kalau media sosial, hari ini
ditulis setelah itu bisa langsung dibaca oleh orang lain.
Media sudah lama dijadikan
sebagai alat untuk membentuk opini publik(public opinion). Pengaruhnya bersifat
kuat dan masih. Maka kalau ingin mempengaruhi masyarakat gunakanlah media massa
yang paling efektif saat ini yaitu media sosial [medsos].
Apalagi saat ini orang mencari
informasi tidak lagi di media massa tapi di medsos. Karena orang pasti mencari
berita ter-uptodate. Nah ini hanya
bisa didapatkan dari medsos. Kalau kita baca media online sekalipun, bisa jadi
beritanya yang kemarin. Tapi kalau kita baca di medsos bisa jadi beritanya
terjadi beberapa menit yang lalu.
Berbeda dengan media cetak,
setelah ditulis harus melewati proses pencetakan dan pendistribusian terlebih
dahulu yang memakan waktu cukup lama. Setelah itu baru bisa dibaca oleh orang
lain.
Media televisi juga begitu. Tidak
semua acaranya bersifat siaran langsung. Sebagian besar harus melewati proses
editing dulu baru kemudian disiarkan.
Karena keefektifannya maka medsos
juga efektif digunakan untuk berdakwah. Medsos bisa kita jadikan sebagai sarana
melawan perang pemikiran dengan menyampaikan berita-berita dari Allah dari
rasul.
Bahkan Ali bin Abi Thalib ra. pernah
menuliskan beberapa kalimat tentang pentingnya menulis. Diantaranya : “Tulisan adalah
tamannya para ulama” , “Tulisan merupakan tali pengikat ilmu dan pengetahuan”
dan "Semua penulis itu akan mati, hanya karyanyalah yang akan terus abadi,
maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti".
Oleh sebab itulah kita banyak
menemukan buku-buku karya para ulama yang terinspirasi dari perkataan Ali bin Abi
Thalib di atas. Mereka menulis dalam berbagai bidang disiplin keilmuan baik
ilmu umum maupun ilmu keislaman.
Bahkan kitab al Quran pun lahir
berkat jasa para sahabat nabi yang menuliskannya. Antara lain Abu Bakar
Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin
Tsabbit, Amr bin Ash, Abdullah bin Rawahah, Muhammad bin Maslamah, Mu'adz bin
Jabal dan Mu'awiyyah bin Abi Sufyan.
Al Quran yang kita baca setiap
saat, menjadi sumber kebahagiaan, ketenangan jiwa dan penuntun hidup kita
merupakan jasa para sahabat yang menuliskannya. Kalau mereka tidak menulis
bisakah kita melihat al Quran saat ini?
Sungguh besar jasa mereka menuliskan
ayat-ayat al Quran yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw. Itulah bukti pentingnya
menulis dalam islam.
Oleh karena itu kita harus terus
mewarisi semangat menulis para sahabat, diantaranya dengan berdakwah lewat
tulisan di medsos. Ini harus dijadikan strategi utama saat ini. Disamping keefektifannya juga
karena jangkauannya yang luas tanpa batas.
Bisa jadi tulisan kita akan menjadi jalan orang mendapatkan hidayah, mendapatkan
ampunan Allah dan wasilah orang masuk surga. Untuk itu tulislah
apa saja yang bernilai ibadah dan dakwah guna menyongsong kebangkitan islam. wallahua'lam.
No comments:
Post a Comment