Berikut akan dikisahkan beberapa profil orang sukses secara duniawi tapi kehidupannya tidak bahagia dan berakhir secara tragis. Sebagian dari mereka justru hancur akibat kekayaannya itu. Kisah ini menyadarkan kita bahwa kekayaan materi dengan segala kemewahannya tidak menjamin kebahagiaan seseorang.
Karun
Kisah Karun merupakan cerita klasik tentang orang kaya yang sombong dengan kekayaannya. Bahkan untuk mengangkut kunci-kunci gudang kekayaannya saja dibutuhkan beberapa orang kuat.
Allah sendiri mengungkap kisahnya dalam al quran. “Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: ‘Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri’". (QS.28:76)
Sebagian orang memang banyak yang iri dengan kekayaannya. Tapi tidak bagi orang yang berilmu. Karena dia melihat kekayaan Karun hanya sementara dan fana. Kekayaan hakiki justru yang diridhoi oleh Allah.
Akibat kesombonganya itu karun diazab oleh Allah. “Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia Termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).” (QS.28:81) Begitulah balasan bagi orang-orang yang sombong dengan kekayaan yang diraihnya.
Tentu kita semua tidak ingin seperti karun yang sudah menghabiskan umurnya untuk mengumpulkan kekayaan tapi ujungnya lenyap ditelan bumi. Belum lagi pertanggungjawaban yang harus dia pikul di akhirat nanti. Kekayaan justru menjerumuskannya dalam kesombongan dan kefasikan.
Christina Onassis
Christina Onassis adalah putri konglomerat Yunani, Aristotle Onassis. Kekayaannya meliputi kepemilikan atas armada kapal laut, pesawat terbang, real estate, deposito bank, pulau, bahkan danau. Ketika sang konglomerat meninggal dia hanya memiliki seorang putri, Christina Onassis dan istri keduanya sebagai ahli waris.
Menerima warisan miliaran dollar jelas membuat sang anak bergelimang kekayaan. Tentulah dia akan menjadi orang yang sangat bahagia menurut pandangan kita. Namun kenyataan justru sebaliknya, kehidupannya tidak pernah sepi dari masalah.
Sekian kali dia menikah sekian kali pula dia bercerai. Sehingga suatu saat dia memutusan untuk hidup sendiri tanpa pernikahan. Dia mencari kebahagian dan bergaul bebas dengan siapapun. Namun kebahagiaan tidak kunjung datang.
Pada satu kesempatan dia sempat ditanya oleh wartawan, apa yang dia cari dengan gaya hidupnya yang selalu gonta ganti pasangan dan hidup serba glamor. Jawabanya hanya singkat, “Saya mencari kebahagiaan.”
Pada kesempatan lain diapun pernah berucap, “Saya adalah orang yang paling kaya yang tidak bahagia.” Itulah kata-kata yang terlontar dari orang super kaya ini. Ternyata semua yang dia miliki tidak mendatangkan kebahagiaan.
Akhirnya pewaris kekayaan Aristotle Onassis ini tidak tahan lagi karena kebahagiaan yang dia cari tak kunjung datang. Dia mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri di sebuah hotel di Argentina. Dia meninggalkan semua harta kekayaan yang tidak bisa memberikan kebahagiaan baginya.
Qaddafi
Qaddafi adalah salah seorang kepala negara terlama di dunia. Dia memimpin negara Libya seperti perusahaannya sendiri. Tidak ada bedanya antara harta pribadinya dengan harta negara. Hidupnya pun bergelimang kemewahan. Uangnya tersebar di berbagai negara yang berjumlah triliunan. Dia dan keluarganya juga memiliki rumah-rumah mewah di berbagai negara.
Begitu pun dengan anak-anaknya yang juga menikmati kemewahan dari sang ayah. Bahkan Qaddafi membuatkan istana khusus untuk anak perempuannya dengan segala kemewahannya.
Tidak dipungkiri dia juga banyak membantu negara-negara islam dan negara sekitar, khususnya Afrika. Sehingga dia cukup disegani di sana. Bahkan dia juga membantu lembaga-lembaga keislaman dalam mendirikan masjid-masjid. Salah satu sumbangsihnya adalah mesjid Muammar Qaddafi di Sentul, Jawa Barat yang pembangunannya menelan biaya miliaran rupiah. Bahkan dia juga menanggung biaya operasionalnya setiap bulan saat dia masih berkuasa.
Wajar bila sebagian orang menganggapnya dermawan dan sebagian lain menyebutnya diktator. Namun terlepas dari semua itu, kita menyaksikan bagaimana akhir kehidupannya. Dia dipaksa mudur oleh rakyatnya.
Namun Qaddafi tidak mau menyerah begitu saja sehingga terjadilah perang saudara antara rakyat yang mendukungnya dan yang menentang. Akhirnya dia kalah dan ditangkap oleh rakyat yang menentangnya. Dia disiksa, diseret-seret, dan di bunuh secara keji. Ternyata kekuasaan dan kekayaan selama ini tidak bisa menolongnya. Wallahua'lam.***
No comments:
Post a Comment