Bisa jadi pandangan umum tentang kesuksesan adalah seperti yang kita saksikan sekarang ini. Ukurannya sangat duniawi seperti kaya, jabatan tinggi, dan popularitas.
Semua ini bisa kita saksikan dari catatan Guinnes book of record, buku yang mencatat rekor seseorang yang memiliki kelebihan dan prestasi dalam bidang tertentu. Semua orang berlomba untuk mencatatkan dirinya dalam buku tersebut. Walaupun harus siap dianggap aneh atau tidak normal sekalipun.
Ada orang yang memiliki kuku terpanjang, wajah dengan tindikan terbanyak, manusia berwajah aneh dengan tanduk buatan di kepala, orang yang bisa makan kaca, dan keunikan-keunikan lainnya. Para pemenang rekor merasa hal itu membuat dia bangga dan sukses. Tidak peduli apakah itu sebuah kebenaran atau tidak. Yang penting populer dan bisa bikin kaya.
Pandangan yang salah tentang kesuksesan ini tentu mendatangkan dampak negatif khususnya bai anak muda. Sebut saja misalnya orang yang memegang rekor penindik wajah terbanyak. Tindakannya ini jelas berbahaya dan bisa saja ditiru oleh anak muda.
Berikut akan dipaparkan pendapat beberapa orang cerdik pandai dan rasulullah saw tentang kebahagiaan.
Aristoteles
Definisi kebahagiaan berbeda bagi setiap orang sehingga tidak bisa disamakan. Karena bahagia menurut seseorang belum tentu bahagia bagi orang lain. Jadi sangat bergantung pada persepsi setiap orang. Sehingga Aristoteles berkesimpulan : kebahagiaan itu adalah kesenangan yang diraih seseorang sesuai dengan kehendaknya masing-masing.
Leo Tolstoy
Dia adalah seorang pujangga Rusia yang hidup antara tahun 1828-1910. Menurutnya banyak orang yang tidak berhasil meraih kebahagiaan. Hal ini disebabkan karena orang mencari kebahagiaan hanya untuk dirinya sendiri, bukan untuk kebahagiaan bersama. Jadi kalau ingin bahagia maka carilah kebahagiaan yang bisa dinikmati oleh banyak orang bukan bahagia untuk diri sendiri saja.
George Bernard Shaw
Dia adalah seorang ahli filsafat dari Irlandia. Menurutnya dalam meraih kebahagiaan kita selalu dihadapkan dengan berbagai tantangan. Namun jangan sampai menyerah dengan tantagan itu. Belajarlah dari kisah-kisah orang terdahulu. Jangan ikuti cara-cara yang salah tapi ikuti cara yang benar dan beretika.
Muhammad saw
Tingkat kebahagiaan seseorang sesuai dengan tingkatan akalnya. Semakin sempurna akal seseorang maka semakin bahagialah dia. Dengan akalnya dia tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Mana bahagia yang hakiki dan mana bahagia yang semu.
Pada puncaknya kebahagiaan itu akan diraih oleh orang yang mengenal Tuhannya(makrifat). Bukan orang yang memiliki harta, pangkat, jabatan, popularitas, dan segala kemewahan dunia. Apalagi jika semua itu justru menjauhkan seseorang dari Allah.
Banyak orang yang mencari segala kemewahan dunia, tapi setelah didapatkan dia masih tetap belum bahagia. Sehingga dia mencari lagi kemewahan lainnya. Begitulah orang yang mencari kemegahan duniawi, tidak akan pernah terpuaskan. Kebahagiaan hakiki hanya didapat dengan membersihkan akal budi dan hati kita sehingga mengenal Allah Swt. Wallahua’lam.***
No comments:
Post a Comment