1.
Luruskan dan perbarui niat
Senantiasalah
meluruskan niat dalam hidup. Semata-mata mengabdi kepada Allah. Menjadikan Dia
sebagai satu-satunya sesembahan dan tidak menjadikan sesuatu pun selain-Nya
sebagai sekutu.
Niat harus
murni. Kalau ada sedikit kotoran di dalamnya, maka amalannya tertolak. Tidak
mendapatkan apa-apa. Sungguh, shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya
untuk Allah swt.
Namun niat
yang terletak di dalam hati senantiasa berubah. Oleh karena itu perbaruilah
niat terus menerus. Di antara kiat memperbarui niat ialah dengan menuliskan dan
mengingat-ingat keburukan yang pernah dilakukan. Kemudian menghisabnya pada
malam hari, tatkala menuju tempat tidur. “Hisablah diri kalian sebelum kalian
dihisab,” [at-Tirmidzi].
2.
Sabar dalam
menghadapi musibah.
RasulullahSAW
bersabda: “Sungguh menakjubkan orang mukmin itu, bahwa semua urusannya
baik, dan hal itu tidak dimiliki oleh seorangpun kecuali orang mukmin.
Jika mendapatkan kebaikan ia bersyukur maka itu lebih baik baginya, dan jika
ditimpa ujian ia bersabar maka itu lebih baik baginya” (HR.Muslim).
Sabar
menghadapi musibah dapat menghapus segala kesalahan dan dosa. Nabi saw.
bersabda, “Tidak ada seorang muslim yang menderita satu penyakit atau musibah
lainnya, kecuali Allah akan menggugurkan semua kesalahannya sebagaimana sebuah
pohon menggugurkan dedaunannya.” (Al-Bukhari)
Diriwayatkan
dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah r.a. bahwa keduanya mendengar Rasulullah
bersabda, “Tidaklah seorang mukmin mengalami rasa sakit, rasa letih, dan
tertimpa penyakit kecuali dengannya akan dihapuskan segala kesalahannya.”
(Muslim)
3.
Bersangka
baik kepada Allah
Rasulullah SAW bersabda : ”Allah SWT berfirman,”Aku mengikuti
persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. ”(HR.Muslim) Rasulullah SAW juga bersabda: “Janganlah
seorang diantara kalian mati kecuali dalam keadaan bersangka baik kepada
Allah.”(HR.Muslim)
Karena
berburuk sangka kepada Allah adalah salah satu penyebab suul khatimah. Nabi SAW
bersabda, “Allah berfirman, ‘Aku Maha mampu melakukan apa yang disangkakan
hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku selalu bersamanya selama ia terus mengingat-Ku…”
(Al-Bukhari)
Jabir r.a.
berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda tiga hari sebelum beliau wafat,
‘Janganlah salah seorang dari kalian mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka
kepada Allah.”
Hal ini akan melahirkan sikap optimis dan berpikiran positif atas
segala hal. Firman Allah SWT dalam hadis qudsi : Tiga hari menjelang
wafatnya, Rasulullah berwasiat kepada kita : “Janganlah seseorang diantara kalian mati, kecuali ia dalam keadaan
berbaik sangka kepada Allah”
4.
Takut mendapatkan su’ul khatimah
Rasa
khawatir yang disertai harapan dapat mendorong seseorang untuk melakukan
perbuatan baik.
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
“Siapa yang takut (kepada Allah) maka ia akan bergadang malam; siapa yang
bergadang malam maka ia akan sampai ke tempat yang luhur (tujuannya). Ingatlah
bahwa sesungguhnya barang perniagaan Allah itu mahal; ingatlah bahwa
sesungguhnya barang perniagaan Allah itu adalah surga.” (At-Tirmidzi)
Oleh sebab
itu, para sahabat dan generasi sesudahnya sangat takut dan sangat berhati-hati
terhadap sifat munafik. Karena sebagai seorang mukmin, sepatutnya ia
mengkhawatirkan diri dari kemunafikan meski hanya kemunafikan kecil. la juga
harus takut jika kemunafikan kecil itu mendatanginya di akhir masa hidupnya
sehingga mendorongnya untuk melakukan kemunafikan besar.
Dalam
Shahih al-Bukhari, Ibrahim al-Taimi berkata, “Aku tidak memalingkan ucapanku
dari perbuatanku, tak lain karena aku takut menjadi seorang pendusta.” Abdullah
ibn Abi Mulaikah juga berkata, “Aku mengenal 30 orang sahabat Nabi dan
masing-masing sangat mengkhawatirkan dirinya dari kemunafikan. Tak seorang pun
di antara mereka yang mengaku bahwa keimanannya setaraf dengan keimanan Jibril
dan Mika’il.”
Diriwayatkan
juga dari al-Hasan, katanya, “Tak ada yang merasa takut terhadap kemunafikan
kecuali seorang mukmin, dan tak ada yang merasa tenang dengan kemunafikan
kecuali seorang munafik.”
Abu Darda
juga berkata, “Keyakinanku bahwa Allah akan menerima satu shalatku lebih aku
sukai daripada dunia dan seisinya, karena Allah SWT berfirman, ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima
(pengorbanan) dari orang-orang bertakwa.’” (al-Ma’idah: 27).
Rasulullah
SAW bersabda: Demikianlah, mengapa para sahabat dan umat terdahulu (salaf)
sangat khawatir atas kemunafikan yang menjangkiti diri mereka meskipun dalam
kadar yang sangat minim (nifaq ashghar),
yang pada akhirnya membawa mereka kepada nifaq akbar pada saat menghadapi maut.
Rasulullah bersabda: “Siapa yang takut, maka ia berusaha
membekali diri, dan siapa yang berbekal maka ia sampai ke tempat tujuannya.
Ketahuilah sesungguhnya dagangan Allah itu mahal. Ketahuilah bahwa dagangan
Allah adalah surga.” (HR.At-Tirmidzi, Al-Hakim dan Ahmad)
5.
Bertobat yang diikuti dengan amal saleh
Sikap
menunda-nunda tobat adalah salah satu sebab su’ul khatimah. Oleh karena itu,
Allah SWT berfirman, “Dan bertobatlah
kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang beriman, supaya kamu beruntung.”
(al-Nur: 31).
Dalam ayat
lain, Allah berfirman, “Kabarkanlah
kepada hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku-lah Sang Pengampun lagi Sang Penyayang,
dan sungguh azab-Ku sangat pedih.” (al-Hijr: 49-50).
Seseorang
yang telah bertobat dari segala dosa bagaikan orang yang tidak mempunyai dosa
sama sekali (Sunan Ibnu Majah). Tentunya tobat ini harus diikuti dengan amal
yang baik, sesuai dengan firman Allah SWT, “Sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang bertobat, beriman, beramal
saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.” (Thaha: 82).
Setelah
menjelaskan siksa bagi orang musyrik, orang yang membunuh tidak dengan jalan
hak, dan orang yang berbuat zina, Allah juga berfirman, “Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman,
dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka Allah ganti dengan kebajikan.
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (25.70).
Diriwayatkan
dari Anas r.a. bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, “Jika Allah menghendaki
kebaikan pada diri seorang hamba, Dia akan mempekerjakannya.” Beliau ditanya,
‘Bagaimana Allah mempekerjakan seorang hamba, wahai Rasulullah?’ Beliau
menjawab, “Allah akan membantunya untuk mengerjakan amal saleh sebelum
kematiannya.” (At-Tirmidzi)
‘Amr ibn
al-Hamaq berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda, “Jika Allah menghendaki
kebaikan pada diri seorang hamba, Dia akan memaniskannya sebelum kematiannya.”
Para sahabat bertanya, ‘Apa [maksud] memaniskannya?’ Beliau menjawab, “Akan
dibukakan baginya kesempatan untuk melakukan amal saleh menjelang kematiannya
sehingga ia diridhai.” (Ibnu Hibban).
Menunda-nunda taubat merupakan salah satu sebab orang mengalami akhir
kehidupan yang buruk, su’ul khatimah. “kecuali
orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan
mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka
sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya”.
(25.70-71)
Rasulullah
SAW bersabda :
Bertaubat,
tentunya dengan syarat-syarat yang telah digariskan oleh Syara’; meninggalkan
maksiat tersebut secara total (al-iqla’),
menyesalinya (al-nadam),
bertekad untuk tidak mengulanginya (‘azam)
dan jika berkaitan dengan hak
adam, maka ia wajib untuk menyelesaikannya terlebih dahulu (radd al-madzalim).
Allah SWT
berfirman: “Dan bertaubatlah kamu
sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung.” (QS. an-Nur:31) Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang bertaubat dari dosa
bagaikan orang yang tak berdosa.” (HR.Ibnu Majah dan
Ath-Thabrani).
Manusia
memiliki kecenderungan berbuat salah. Tatkala merasa salah, bersikaplah rendah
diri di hadapan Allah. Hinakan diri di hadapan Allah. Kemudian buktikanlah
taubat dengan amal shalih. Senantiasalah berada dalam kondisi demikian hingga
Allah Ta’ala menaqdirkan kematian bagi kita. Inilah pekerjaan utama orang
beriman.Inilah pekerjaan yang tidak akan pernah berakhir.
6.
memohon husnul khatimah
Nabi
Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam sendiri sering berdoa memohon kepada Allah agar
hatinya selalu dikukuhkan dalam agama-Nya. Ummu Salamah menuturkan, “Doa yang
paling sering dipanjatkan Rasulullah SAW adalah: “Wahai Dzat yang membolak-balikan hati,
tetapkanlah hatiku pada agama-Mu.”
Nabi saw
bersabda kepada Ummu Salamah, “Hai Ummu Salamah, sungguh hati setiap manusia
berada di antara dua jari Allah. Maka siapa yang Dia kehendaki, niscaya hatinya
akan dikukuhkan-Nya. Dan siapa yang Dia kehendaki maka hatinya akan
disimpangkan-Nya.”
Mu’adz
juga sering membaca firman Allah: “Ya
Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah
Engkau beri petunjuk kepada kami.” (Ali `Imran: 8).
Diriwayatkan
dari Anas r.a.: “Rasulullah sering membaca doa, `Wahai Dzat yang
membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu.’ Maka aku bertanya
kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, kami telah beriman kepadamu dan wahyu yang
engkau bawa, apakah engkau masih mengkhawatirkan kami?’ Beliau menjawab, ‘Ya,
karena sesungguhnya hati itu berada di antara dua jari Allah, Dia akan
membolak-balikkannya sesuai kehendak-Nya. ” (At-Tirmidzi)
Diriwayatkan,
Abdullah ibn ‘Amr ibn al-‘Ash mendengar Rasululah bersabda, “Sesungguhnya semua
hati anak Adam itu berada di antara dua jari Sang Rahman bagaikan sekeping
hati, Dia akan membolak-balikkannya sekehendak-Nya.” Kemudian Rasulullah
membaca doa, “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, arahkan hati kami untuk
selalu taat kepada-Mu.’” (Muslim)
Beliau
juga sering berdoa, “Ya Allah, perbaguslah akhir dari segala urusan kami dan
jauhkan kami dari kehinaan dunia dan siksa akhirat. ” (Ahmad)
Diriwayatkan
dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah selalu memohon perlindungan dari
malapetaka, kesengsaraan, ketentuan yang buruk, dan cemoohan musuh.
(Al-Bukhari)
Oleh
karena itu, sudah sepantasnya bagi seorang muslim agar memperbanyak bacaan
doa-doa tersebut yang merupakan salah satu sebab untuk mendapatkan akhir yang
baik (husnul khatimah). Di samping itu, hendaknya juga banyak membaca la haula wa Ia quwwata illa billah.
Abdullah
ibn Qais r.a. berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Hai Abdullah ibn Qais,
maukah aku tunjukkan kepadamu suatu simpanan di antara simpanan-simpanan
surga?’ Aku menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah!’ Kemudian beliau bersabda,
‘Bacalah la haula wa la quwwata illa billah,”” (Muslim)
Diriwayatkan
bahwa Rasulullah saw selalu memanjatkan do’a: “Wahai Dzat yang membalik-balikkan hati tetapkan hatiku pada
agamaMu”(HR. At-Tirmizi) “Ya
Allah, baguskanlah kesudahan kami dalam semua urusan, dan selamatkan kami dari
kehinaan dunia dan siksaan akhirat” (HR.Ahmad)
7.
Pendek angan-angan
Seseorang
yang berangan pendek akan selalu berusaha mempergunakan waktunya seoptimal
mungkin untuk berbuat baik. Oleh sebab itu, Nabi SAW bersabda kepada Abdullah
ibn Umar sambil memegang kedua pundaknya, “Jadilah kamu di dunia bagaikan
seorang asing atau yang sedang mengembara. ”
Di lain
kesempatan, Ibnu Umar pernah berkata, “Jika kamu ada di waktu sore maka jangan
menunggu datangnya pagi, dan jika kamu berada di waktu pagi maka jangan
menunggu waktu sore, gunakan waktu sehatmu untuk masa sakitmu, dan gunakan
kesempatan di waktu hidupmu untuk mempersiapkan kematianmu.” (Al-Bukhari)
Abdullah
ibn Mas’ud berkata, “Nabi membuat sebuah garis lingkar membentuk persegi empat
dan kemudian membuat satu garis lain di tengahnya sehingga menjulur keluar
persegi empat itu. Setelah itu, beliau membuat beberapa garis kecil yang
mengarah ke titik tengah dari sisi-sisi garis yang ada di tengah tersebut, lalu
beliau bersabda, “Ini (titik tengah) adaIah gambaran manusia, dan ini (garis
pinggir persegi empat) adalah ajalnya yang meliputinya atau yang telah
meliputinya, sementara ini (garis keluar) adalah hal yang melebihi angannya.
Adapun garis-garis kecil ini adalah segala hal yang dialaminya. Jika seseorang
terhindar dari salah satunya, maka ia tertimpa oleh yang lainnya, dan jika
terhindar dari ini, maka ia akan terkena yang itu. (Al-Bukhari)
Abu
Hurairah r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Hati seorang
tua itu selalu merasa muda dalam dua hal: cinta dunia dan harapan untuk panjang
usia.’” (Al-Bukhari)
Diriwayatkan
dari Anas r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Anak adam pasti mengalami usia
tua, akan tetapi ada dua hal yang selalu membuatnya merasa muda: sikap rakusnya
terhadap harta dan keinginannya untuk panjang usia.” (Muslim).
Rasulullah
SAW bersabda : Rasulullah SAW mengajarkan kita agar menjalani kehidupan dunia
ibarat orang asing atau seorang yang sedang menyeberang jalan; penuh sikap
perhitungan dan hati-hati.
Angan-angan
pendek memacu pemiliknya untuk memanfaatkan wakunya dan beramal shalih.
Rasulullah SAW bersabda: “Jadilah kamu
di dunia seakan-akan kamu adalah orang asing atau seorang musafir”. Ibnu Umar
berkata:”Jika engkau berada pada sore hari, maka jangan menunggu pagi
harinya,dan jika engkau berada pada pagi hari, maka jangan menunggu sore
harinya.Pergunakan kesehatanmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum
matimu. (HR.Bukhari)
8.
Percaya kepada janji Allah
Mengetahui
dan meyakini janji Allah dapat membangkitkan semangat untuk berbuat baik dan
teguh dalam ketaatan kepada-Nya. Allah berfirman, “Apa saja yang diberikan
kepada kamu, itulah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang
di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal. Tidakkah kamu memahaminya?” (28.60).
Seorang
mukmin hendaknya tahu bahwa ruh orang beriman berada di surga ketika memasuki
alam Barzakh. Diriwayatkan dari Abdurrahman ibn Ka’ab, dari ayahnya, Ka’ab ibn
Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jiwa seorang mukmin itu
terbang dan tergantung di pepohonan surga sampai Allah mengembalikannya ke
jasadnya pada hari ia dibangkitkan.” (Ahmad)
Tempat
jiwa syuhada lebih tinggi dari itu. Dalam Sahih Muslim dijelaskan, “Jiwa-jiwa
mereka berada dalam paruh burung hijau yang memiliki lampu-lampu yang
tergantung di ‘Arsy. Burung-burung itu dilepas dari surga dan beterbangan ke
mana saja mereka suka, kemudian mereka kembali bernaung di bawah lampu-lampu
tersebut” (Muslim).
9.
Sadar dunia fana
akherat kekal
“Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan
mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di
dunia) hanya sesaat saja di siang hari (di waktu itu) mereka saling berkenalan.
Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah
dan mereka tidak mendapat petunjuk.” (10.45)
Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (87.16-17)
Rasulullah
SAW bersabda :
“Sungguh perumpamaan dunia di akherat ibarat seseorang di antara kamu
mencelupkan tangannya ke laut lalu diangkat, maka hendaklah ia perhatikan
dengan apa tangannya itu kembali (?).”
Hadirkan
akhirat dalam benak. Dekatkan gambaran akhirat di dalam pikiran. Senantiasalah
berupaya agar pemandangan akhirat bersemayam di dalam hati. Dengan mengingat
akhirat dan mengupayakan kehidupan abadi di dalamnya, dunia akan sirna dan
tidak bermakna sedikit pun.
10.
Benci dan menjauhi Maksiat
Perbuatan
maksiat menjadikan hati semakin berkarat dan kotor. Hati semacam ini takkan
pernah memancarkan hidayah Allah SWT sebagaimana diterangkan dalam hadis yang
diriwayatkan oleh At-Tirmidzi berikut ini : Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka
usahakan itu menutup hati mereka.(83.14)
Melakukan
maksiat secara terus menerus mengantarkan pelakunya kepada su’ul khatimah. Sabda Nabi SAW :
“Barang siapa meninggal dalam suatu keadaan (tertentu) niscaya Allah SWT
akan membangkitkannya (di hari kiamat) dalam keadaan seperti itu.”
Nabi SAW
bersabda, “Siapa yang mati dalam satu keadaan, maka Allah akan membangkitkannya
dalam keadaan tersebut.” (Ahmad)
Rasulullah
SAW bersabda: “Barangsiapa
meninggal dalam suatu amal, maka dalam keadaan itu pula ia dibangkitkan oleh
Allah.” (HR.Ahmad dan Hakim).
11.
Bergegas dalam Kebaikan
Bergegas
dalam melakukan kebaikan atau meninggalkan keburukan adalah salah satu
keutamaan bagi orang-orang yang beriman. Abbas berkata sebagaimana disebutkan
dalam Tafsir al-Qurthubi, “Suatu kebaikan tidak akan terwujud, kecuali dengan
tiga hal; segera melakukan, menganggapnya kecil, dan menutupinya.” Setelah
bergegas, hendaknya kita menganggapnya sebagai amalan yang kecil hingga diri
senantiasa melakukannya. kemudian, dianjurkan untuk menutupi amal. Sebab yang
tersembunyi lebih dekat kepada keikhlasan.
12.
Pegang Teguh Aqidah
Berdoa dan
berupayalah untuk mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah dan Lakukan ini
setiap waktu. Allah mengisahkan wasiat Nabi Ya’qub dan Nabi Ibrahim kepada
anak-anaknya, ”Dan Ibrahim telah
mewasiatkan kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. Ibrahim berkata: Hai
anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu. Maka janganlah
kamu mati, kecuali dalam memeluk agama Islam.” (2.132)
No comments:
Post a Comment