28 April 2013

Taubat nasuha



Saat ini masyarakat mendapatkan pasokan informasi paling banyak dari televisi, disamping koran, majalah, internet dan media lainnya. Dari berbagai berita tersebut yang kita rasakan adalah kondisi yang sangat mengkhawatirkan dan lebih banyak negatifnya. Baik dari segi politik, ekonomi, budaya, moral, akhlak dan berbagai bidang kehidupan lainnya.
Sebut saja para politikus misalnya yang sibuk memenangkan partai dan  kelompoknya. Mereka bahkan rela adu jotos dan berkelahi pada saat sidang untuk memenangkan pendapatnya. Beberapa diantara mereka malah jarang hadir di kantor dewan saat rapat memperjuangan rakyat karena sibuk dengan urusan masing-masing.
Begitu juga dengan sebagian oknum polisi, bukanya memberikan tauladan sebagai orang yang taat hukum, malah mencontohkan bagaimana melanggar hukum. Ini terlihat dari video menghebohkan di youtube beberapa waktu yang lalu. Seorang polisi lalu lintas meminta uang “damai” Rp. 200 ribu kepada seorang bule yang melanggar lalu lintas di kawasan Bali. Kemudian sebagian dari uang itu dia belikan bir dan minum bersama bule tersebut di pos polisi.
Lain halnya dengan beberapa orang oknum kopasus yang menembak 4 orang tahanan di lapas cebongan Yogyakarta secara membabi buta. Belum lagi dengan maraknya peristiwa kriminal seperti pembunuhan, perkosaan, perampokan narkoba, teroris, dan berbagai berita negatif lainnya yang sulit disebutkan satu persatu.
Itulah berita yang mendominasi berbagai media disamping berita positif lainnya yang jumlahnya bisa dihitung dengan jari. Bisa jadi menurut media, berita negatif itulah yang bagus dan menarik. Wajar bila berita tentang kejatuhan pesawat lebih menarik dari pada berita tentang pesawat yang berhasil mendarat dengan mulus. Sehingga bila menggunakan kaca mata media, terutama dari berita-berita negatifnya, kondisi ini menimbulkan pesimisme bagi sebagian kalangan.  
Namun bila kita lihat dari kaca mata agama, segala musibah dan bencana di atas terjadi karena keingkaran manusia kepada Tuhan. Allah sudah menegaskan dalam al quran,
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, Maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. Maka Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain?" (QS. Al araf 96-98)
Kondisi itu juga bisa kita cermati dari periodisasi kehidupan umat islam. Majid Kailani, dalam bukunya al ummah al muslimah memaparkan tentang periode ini.
  1. Periode sehat yang berporos pada misi risalah. Periode ini diwakili oleh masa kenabian dan khulafa urasidin.
  2. Periode sakit, dimana loyalitas umat berporos pada orang, bangsa, negara dan kelompok. Periode ini diwakili oleh dinasti Umayyah, Abbasiah, Utsmaniyah dan dinasti-dinasti lainnya.
  3. Periode kematian, dimana loyalitas umat berporos pada benda dan menjadikan kekayaan sebagai tolok ukur kesuksesan hidup. Ini diwakili oleh masa setelah runtuhnya khilafah pada tahun 1924 hingga kini.
Dari penjelasan di atas boleh dibilang saat ini umat islam sedang berada pada periode kematian. Salah satu ciri yang menonjol adalah orang sangat cinta dunia dan takut mati. Sikap ini diduga menjadi penyebab datangnya berbagai musibah dan bencana di negeri-negeri muslim, khususnya indonesia.
Solusinya tentu tidak cukup dengan perbaikan ekonomi, sisitim politik, dan meningkatkan pendapatan negara semata. Karena kalau mental orang yang menjalankan sistemnya tetap bobrok maka sebagus apapun sistem, tetap tidak akan bisa berjalan dengan baik.
Lihatlah sejarah bangsa lalu yang makmur dari segi duniawi tapi itu justru membuat mereka semakin sombong dan menentang Allah. Bahkan mengaku dirinya tuhan sebagaimana halnya Firaun yang dikenal akan kekuatan dan kehebatan bala tentaranya.
Jadi tidak jarang kehebatan dunia yang diraih oleh manusia yang tidak beriman akan membuat dia semakin angkuh dan jauh dari Allah.
Untuk mengatasi masalah ini islam telah menunjukkan solusinya yaitu dengan bertobat dan bertakwa kepada Allah. Dengan ini Dia akan menurunkan ketentraman dan keberkahan kepada negara kita. Hanya imanlah yang akan membuat orang semakin dekat kepada Allah.
Untuk itu kita semua harus kembali kepada Allah karena kita ini hamba-Nya. Manusia bukan hamba dunia dan budak nafsunya. Karena kalau ini yang terjadi maka setanlah yang akan mengendalikan kita.
Pada zaman khalifah Umar bin Khatab pernah terjadi bencana kekeringan dan musim panas yang sangat panjang. Setelah berembuk dengan para sahabat, Umar kemudian meminta nasihat kepada Abbas bin Abdul Muthalib, paman rasulullah. Beliau mengatakan bahwa bencana tidak akan terjadi kecuali karena dosa.
Setelah mendengar wejangan dari paman nabi, Umar mengajak semua sahabat khususnya para pemimpinnya untuk bertobat dengan sungguh-sungguh. Hal ini juga diikuti oleh berbagai kalangan baik tua, muda, kaya, miskin, pejabat, dan rakyat biasa, mereka bertobat dengan penuh kekhusyukan.
Hal ini mereka lakukan karena tidak semua bencana bisa diatasi dengan kekuatan politik, ekonomi, dan militer tapi juga dengan jalan spiritual antara lain dengan bertobat kepada Allah.
Benar saja, setelah bertobat dan berdoa  Allah pun menjawab doa umat islam pada waktu itu dengan menurunkan hawa yang sejuk dan hujan yang membasahi bumi. Sehingga tanaman menghijau dan binatang ternak pun kembali bisa makan dengan leluasa.
Sepantasyalah kita berkaca dari kisah Umar di atas. Sudah saatnya bangsa kita bertobat dan memohon ampun kepada Allah, sehingga negara kita dilimpahi keberkahan, kesejahteraan, dan ketentraman. Insya Allah.

No comments:

Post a Comment