12 May 2018

MELAWAN PERANG PEMIKIRAN DENGAN MENULIS


Strategi barat dalam menghancurkan Islam adalah dengan perang pemikiran [al ghazwul fikri]. Inilah senjata ampuh mereka dalam merusak akidah, pemikiran dan perilaku umat islam. Salah satunya adalah dengan menggunakan media sosial.

Sebagaimana kita ketahui di era informasi ini media sosial menjadi sarana komunikasi dan pembentuk opini yang paling efektif. Media cetak dan televisi tidak lagi efektif karena lebih lambat dalam menyebarkan informasi dibanding media sosial. Kalau media sosial, hari ini ditulis setelah itu bisa langsung dibaca oleh orang lain.

Media sudah lama dijadikan sebagai alat untuk membentuk opini publik(public opinion). Pengaruhnya bersifat kuat dan masih. Maka kalau ingin mempengaruhi masyarakat gunakanlah media massa yang paling efektif saat ini yaitu media sosial [medsos].

Apalagi saat ini orang mencari informasi tidak lagi di media massa tapi di medsos. Karena orang pasti mencari berita ter-uptodate. Nah ini hanya bisa didapatkan dari medsos. Kalau kita baca media online sekalipun, bisa jadi beritanya yang kemarin. Tapi kalau kita baca di medsos bisa jadi beritanya terjadi beberapa menit yang lalu.

Berbeda dengan media cetak, setelah ditulis harus melewati proses pencetakan dan pendistribusian terlebih dahulu yang memakan waktu cukup lama. Setelah itu baru bisa dibaca oleh orang lain.

Media televisi juga begitu. Tidak semua acaranya bersifat siaran langsung. Sebagian besar harus melewati proses editing dulu baru kemudian disiarkan.

Karena keefektifannya maka medsos juga efektif digunakan untuk berdakwah. Medsos bisa kita jadikan sebagai sarana melawan perang pemikiran dengan menyampaikan berita-berita dari Allah dari rasul.

Bahkan Ali bin Abi Thalib ra. pernah menuliskan beberapa kalimat tentang pentingnya menulis. Diantaranya : “Tulisan adalah tamannya para ulama” , “Tulisan merupakan tali pengikat ilmu dan pengetahuan” dan "Semua penulis itu akan mati, hanya karyanyalah yang akan terus abadi, maka tulislah sesuatu yang membahagiakan dirimu di akhirat nanti".

Oleh sebab itulah kita banyak menemukan buku-buku karya para ulama yang terinspirasi dari perkataan Ali bin Abi Thalib di atas. Mereka menulis dalam berbagai bidang disiplin keilmuan baik ilmu umum maupun ilmu keislaman.

Bahkan kitab al Quran pun lahir berkat jasa para sahabat nabi yang menuliskannya. Antara lain Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabbit, Amr bin Ash, Abdullah bin Rawahah, Muhammad bin Maslamah, Mu'adz bin Jabal dan Mu'awiyyah bin Abi Sufyan.

Al Quran yang kita baca setiap saat, menjadi sumber kebahagiaan, ketenangan jiwa dan penuntun hidup kita merupakan jasa para sahabat yang menuliskannya. Kalau mereka tidak menulis bisakah kita melihat al Quran saat ini?

Sungguh besar jasa mereka menuliskan ayat-ayat al Quran yang diwahyukan kepada nabi Muhammad saw. Itulah bukti pentingnya menulis dalam islam.

Oleh karena itu kita harus terus mewarisi semangat menulis para sahabat, diantaranya dengan berdakwah lewat tulisan di medsos. Ini harus dijadikan strategi utama saat ini. Disamping keefektifannya juga karena jangkauannya yang luas tanpa batas.

Bisa jadi tulisan kita akan menjadi jalan orang mendapatkan hidayah, mendapatkan ampunan Allah dan wasilah orang masuk surga. Untuk itu tulislah apa saja yang bernilai ibadah dan dakwah guna menyongsong kebangkitan islam. wallahua'lam.

No comments:

Post a Comment