12 May 2018

KIAT-KIAT MERAIH HUSNUL KHATIMAH (2)


1.       Luruskan dan perbarui niat
Senantiasalah meluruskan niat dalam hidup. Semata-mata mengabdi kepada Allah. Menjadikan Dia sebagai satu-satunya sesembahan dan tidak menjadikan sesuatu pun selain-Nya sebagai sekutu.

Niat harus murni. Kalau ada sedikit kotoran di dalamnya, maka amalannya tertolak. Tidak mendapatkan apa-apa. Sungguh, shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah swt.

Namun niat yang terletak di dalam hati senantiasa berubah. Oleh karena itu perbaruilah niat terus menerus. Di antara kiat memperbarui niat ialah dengan menuliskan dan mengingat-ingat keburukan yang pernah dilakukan. Kemudian menghisabnya pada malam hari, tatkala menuju tempat tidur. “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab,” [at-Tirmidzi].

2.       Sabar dalam menghadapi musibah.
RasulullahSAW bersabda: “Sungguh menakjubkan orang mukmin itu, bahwa semua urusannya baik, dan hal itu tidak dimiliki  oleh seorangpun kecuali orang mukmin. Jika mendapatkan kebaikan ia bersyukur maka itu lebih baik baginya, dan jika ditimpa ujian ia bersabar maka itu lebih baik baginya” (HR.Muslim).

Sabar menghadapi musibah dapat menghapus segala kesalahan dan dosa. Nabi saw. bersabda, “Tidak ada seorang muslim yang menderita satu penyakit atau musibah lainnya, kecuali Allah akan menggugurkan semua kesalahannya sebagaimana sebuah pohon menggugurkan dedaunannya.” (Al-Bukhari)

Diriwayatkan dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah r.a. bahwa keduanya mendengar Rasulullah bersabda, “Tidaklah seorang mukmin mengalami rasa sakit, rasa letih, dan tertimpa penyakit kecuali dengannya akan dihapuskan segala kesalahannya.” (Muslim)

3.       Bersangka baik kepada Allah
Rasulullah SAW bersabda : ”Allah SWT berfirman,”Aku mengikuti persangkaan hamba-Ku kepada-Ku. ”(HR.Muslim) Rasulullah SAW juga bersabda: “Janganlah seorang diantara kalian mati kecuali dalam keadaan  bersangka baik kepada Allah.”(HR.Muslim)

Karena berburuk sangka kepada Allah adalah salah satu penyebab suul khatimah. Nabi SAW bersabda, “Allah berfirman, ‘Aku Maha mampu melakukan apa yang disangkakan hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku selalu bersamanya selama ia terus mengingat-Ku…” (Al-Bukhari)
Jabir r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah bersabda tiga hari sebelum beliau wafat, ‘Janganlah salah seorang dari kalian mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah.”

Hal ini akan melahirkan sikap optimis dan berpikiran positif atas segala hal. Firman Allah SWT dalam hadis qudsi : Tiga hari menjelang wafatnya, Rasulullah berwasiat kepada kita : “Janganlah seseorang diantara kalian mati, kecuali ia dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah”

4.       Takut mendapatkan su’ul khatimah
Rasa khawatir yang disertai harapan dapat mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan baik.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Siapa yang takut (kepada Allah) maka ia akan bergadang malam; siapa yang bergadang malam maka ia akan sampai ke tempat yang luhur (tujuannya). Ingatlah bahwa sesungguhnya barang perniagaan Allah itu mahal; ingatlah bahwa sesungguhnya barang perniagaan Allah itu adalah surga.” (At-Tirmidzi)

Oleh sebab itu, para sahabat dan generasi sesudahnya sangat takut dan sangat berhati-hati terhadap sifat munafik. Karena sebagai seorang mukmin, sepatutnya ia mengkhawatirkan diri dari kemunafikan meski hanya kemunafikan kecil. la juga harus takut jika kemunafikan kecil itu mendatanginya di akhir masa hidupnya sehingga mendorongnya untuk melakukan kemunafikan besar.

Dalam Shahih al-Bukhari, Ibrahim al-Taimi berkata, “Aku tidak memalingkan ucapanku dari perbuatanku, tak lain karena aku takut menjadi seorang pendusta.” Abdullah ibn Abi Mulaikah juga berkata, “Aku mengenal 30 orang sahabat Nabi dan masing-masing sangat mengkhawatirkan dirinya dari kemunafikan. Tak seorang pun di antara mereka yang mengaku bahwa keimanannya setaraf dengan keimanan Jibril dan Mika’il.”

Diriwayatkan juga dari al-Hasan, katanya, “Tak ada yang merasa takut terhadap kemunafikan kecuali seorang mukmin, dan tak ada yang merasa tenang dengan kemunafikan kecuali seorang munafik.”

Abu Darda juga berkata, “Keyakinanku bahwa Allah akan menerima satu shalatku lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya, karena Allah SWT berfirman, ‘Sesungguhnya Allah hanya menerima (pengorbanan) dari orang-orang bertakwa.’” (al-Ma’idah: 27).

Rasulullah SAW bersabda: Demikianlah, mengapa para sahabat dan umat terdahulu (salaf) sangat khawatir atas kemunafikan yang menjangkiti diri mereka meskipun dalam kadar yang sangat minim (nifaq ashghar), yang pada akhirnya membawa mereka kepada nifaq akbar pada saat menghadapi maut.

Rasulullah bersabda: “Siapa yang takut,  maka ia berusaha membekali diri, dan siapa yang berbekal maka ia sampai ke tempat tujuannya. Ketahuilah sesungguhnya dagangan Allah itu mahal. Ketahuilah bahwa dagangan Allah adalah surga.” (HR.At-Tirmidzi, Al-Hakim dan Ahmad)

5.       Bertobat yang diikuti dengan amal saleh
Sikap menunda-nunda tobat adalah salah satu sebab su’ul khatimah. Oleh karena itu, Allah SWT berfirman, “Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang beriman, supaya kamu beruntung.” (al-Nur: 31).

Dalam ayat lain, Allah berfirman, “Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku-lah Sang Pengampun lagi Sang Penyayang, dan sungguh azab-Ku sangat pedih.” (al-Hijr: 49-50).

Seseorang yang telah bertobat dari segala dosa bagaikan orang yang tidak mempunyai dosa sama sekali (Sunan Ibnu Majah). Tentunya tobat ini harus diikuti dengan amal yang baik, sesuai dengan firman Allah SWT, “Sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang bertobat, beriman, beramal saleh, kemudian tetap di jalan yang benar.” (Thaha: 82).

Setelah menjelaskan siksa bagi orang musyrik, orang yang membunuh tidak dengan jalan hak, dan orang yang berbuat zina, Allah juga berfirman, “Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka Allah ganti dengan kebajikan. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (25.70).

Diriwayatkan dari Anas r.a. bahwa Rasulullah SAW telah bersabda, “Jika Allah menghendaki kebaikan pada diri seorang hamba, Dia akan mempekerjakannya.” Beliau ditanya, ‘Bagaimana Allah mempekerjakan seorang hamba, wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, “Allah akan membantunya untuk mengerjakan amal saleh sebelum kematiannya.” (At-Tirmidzi)

‘Amr ibn al-Hamaq berkata: Aku mendengar Rasulullah bersabda, “Jika Allah menghendaki kebaikan pada diri seorang hamba, Dia akan memaniskannya sebelum kematiannya.” Para sahabat bertanya, ‘Apa [maksud] memaniskannya?’ Beliau menjawab, “Akan dibukakan baginya kesempatan untuk melakukan amal saleh menjelang kematiannya sehingga ia diridhai.” (Ibnu Hibban).

Menunda-nunda taubat merupakan salah satu sebab orang mengalami akhir kehidupan yang buruk, su’ul khatimah. “kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya”. (25.70-71)

Rasulullah SAW bersabda :
Bertaubat, tentunya dengan syarat-syarat yang telah digariskan oleh Syara’; meninggalkan maksiat tersebut secara total (al-iqla’), menyesalinya (al-nadam), bertekad untuk tidak mengulanginya (‘azam) dan jika berkaitan dengan hak adam, maka ia wajib untuk menyelesaikannya terlebih dahulu (radd al-madzalim).

Allah SWT berfirman: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. an-Nur:31) Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang bertaubat dari dosa bagaikan orang yang  tak berdosa.” (HR.Ibnu Majah dan Ath-Thabrani).

Manusia memiliki kecenderungan berbuat salah. Tatkala merasa salah, bersikaplah rendah diri di hadapan Allah. Hinakan diri di hadapan Allah. Kemudian buktikanlah taubat dengan amal shalih. Senantiasalah berada dalam kondisi demikian hingga Allah Ta’ala menaqdirkan kematian bagi kita. Inilah pekerjaan utama orang beriman.Inilah pekerjaan yang tidak akan pernah berakhir.

6.       memohon husnul khatimah
Nabi Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam sendiri sering berdoa memohon kepada Allah agar hatinya selalu dikukuhkan dalam agama-Nya. Ummu Salamah menuturkan, “Doa yang paling sering dipanjatkan Rasulullah SAW adalah:  “Wahai Dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu.”

Nabi saw bersabda kepada Ummu Salamah, “Hai Ummu Salamah, sungguh hati setiap manusia berada di antara dua jari Allah. Maka siapa yang Dia kehendaki, niscaya hatinya akan dikukuhkan-Nya. Dan siapa yang Dia kehendaki maka hatinya akan disimpangkan-Nya.”

Mu’adz juga sering membaca firman Allah: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (Ali `Imran: 8).

Diriwayatkan dari Anas r.a.: “Rasulullah sering membaca doa, `Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu.’ Maka aku bertanya kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, kami telah beriman kepadamu dan wahyu yang engkau bawa, apakah engkau masih mengkhawatirkan kami?’ Beliau menjawab, ‘Ya, karena sesungguhnya hati itu berada di antara dua jari Allah, Dia akan membolak-balikkannya sesuai kehendak-Nya. ” (At-Tirmidzi)

Diriwayatkan, Abdullah ibn ‘Amr ibn al-‘Ash mendengar Rasululah bersabda, “Sesungguhnya semua hati anak Adam itu berada di antara dua jari Sang Rahman bagaikan sekeping hati, Dia akan membolak-balikkannya sekehendak-Nya.” Kemudian Rasulullah membaca doa, “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, arahkan hati kami untuk selalu taat kepada-Mu.’” (Muslim)

Beliau juga sering berdoa, “Ya Allah, perbaguslah akhir dari segala urusan kami dan jauhkan kami dari kehinaan dunia dan siksa akhirat. ” (Ahmad)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah selalu memohon perlindungan dari malapetaka, kesengsaraan, ketentuan yang buruk, dan cemoohan musuh. (Al-Bukhari)

Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi seorang muslim agar memperbanyak bacaan doa-doa tersebut yang merupakan salah satu sebab untuk mendapatkan akhir yang baik (husnul khatimah). Di samping itu, hendaknya juga banyak membaca la haula wa Ia quwwata illa billah.

Abdullah ibn Qais r.a. berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Hai Abdullah ibn Qais, maukah aku tunjukkan kepadamu suatu simpanan di antara simpanan-simpanan surga?’ Aku menjawab, ‘Ya, wahai Rasulullah!’ Kemudian beliau bersabda, ‘Bacalah la haula wa la quwwata illa billah,”” (Muslim)

Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw selalu memanjatkan do’a: “Wahai Dzat yang membalik-balikkan hati tetapkan hatiku pada agamaMu”(HR. At-Tirmizi) “Ya Allah, baguskanlah kesudahan kami dalam semua urusan, dan selamatkan kami dari kehinaan dunia dan siksaan akhirat”    (HR.Ahmad)

7.       Pendek angan-angan 
Seseorang yang berangan pendek akan selalu berusaha mempergunakan waktunya seoptimal mungkin untuk berbuat baik. Oleh sebab itu, Nabi SAW bersabda kepada Abdullah ibn Umar sambil memegang kedua pundaknya, “Jadilah kamu di dunia bagaikan seorang asing atau yang sedang mengembara. ”

Di lain kesempatan, Ibnu Umar pernah berkata, “Jika kamu ada di waktu sore maka jangan menunggu datangnya pagi, dan jika kamu berada di waktu pagi maka jangan menunggu waktu sore, gunakan waktu sehatmu untuk masa sakitmu, dan gunakan kesempatan di waktu hidupmu untuk mempersiapkan kematianmu.” (Al-Bukhari)

Abdullah ibn Mas’ud berkata, “Nabi membuat sebuah garis lingkar membentuk persegi empat dan kemudian membuat satu garis lain di tengahnya sehingga menjulur keluar persegi empat itu. Setelah itu, beliau membuat beberapa garis kecil yang mengarah ke titik tengah dari sisi-sisi garis yang ada di tengah tersebut, lalu beliau bersabda, “Ini (titik tengah) adaIah gambaran manusia, dan ini (garis pinggir persegi empat) adalah ajalnya yang meliputinya atau yang telah meliputinya, sementara ini (garis keluar) adalah hal yang melebihi angannya. Adapun garis-garis kecil ini adalah segala hal yang dialaminya. Jika seseorang terhindar dari salah satunya, maka ia tertimpa oleh yang lainnya, dan jika terhindar dari ini, maka ia akan terkena yang itu. (Al-Bukhari)

Abu Hurairah r.a. berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Hati seorang tua itu selalu merasa muda dalam dua hal: cinta dunia dan harapan untuk panjang usia.’” (Al-Bukhari)

Diriwayatkan dari Anas r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Anak adam pasti mengalami usia tua, akan tetapi ada dua hal yang selalu membuatnya merasa muda: sikap rakusnya terhadap harta dan keinginannya untuk panjang usia.” (Muslim).

Rasulullah SAW bersabda : Rasulullah SAW mengajarkan kita agar menjalani kehidupan dunia ibarat orang asing atau seorang yang sedang menyeberang jalan; penuh sikap perhitungan dan hati-hati.

Angan-angan pendek memacu pemiliknya untuk memanfaatkan wakunya dan beramal shalih. Rasulullah SAW bersabda: “Jadilah kamu di dunia seakan-akan kamu adalah orang asing atau seorang musafir”. Ibnu Umar berkata:”Jika engkau berada pada sore hari, maka jangan menunggu pagi harinya,dan jika engkau berada pada pagi hari, maka jangan menunggu sore harinya.Pergunakan kesehatanmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu. (HR.Bukhari)

8.       Percaya kepada janji Allah
Mengetahui dan meyakini janji Allah dapat membangkitkan semangat untuk berbuat baik dan teguh dalam ketaatan kepada-Nya. Allah berfirman, “Apa saja yang diberikan kepada kamu, itulah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal. Tidakkah kamu memahaminya?” (28.60).

Seorang mukmin hendaknya tahu bahwa ruh orang beriman berada di surga ketika memasuki alam Barzakh. Diriwayatkan dari Abdurrahman ibn Ka’ab, dari ayahnya, Ka’ab ibn Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jiwa seorang mukmin itu terbang dan tergantung di pepohonan surga sampai Allah mengembalikannya ke jasadnya pada hari ia dibangkitkan.” (Ahmad)

Tempat jiwa syuhada lebih tinggi dari itu. Dalam Sahih Muslim dijelaskan, “Jiwa-jiwa mereka berada dalam paruh burung hijau yang memiliki lampu-lampu yang tergantung di ‘Arsy. Burung-burung itu dilepas dari surga dan beterbangan ke mana saja mereka suka, kemudian mereka kembali bernaung di bawah lampu-lampu tersebut” (Muslim).

9.       Sadar dunia fana akherat kekal
“Dan (ingatlah) akan hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka, (mereka merasa di hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah berdiam (di dunia) hanya sesaat saja di siang hari (di waktu itu) mereka saling berkenalan. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk.” (10.45)

Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (87.16-17)

Rasulullah SAW bersabda :
“Sungguh perumpamaan dunia di akherat ibarat seseorang di antara kamu mencelupkan tangannya ke laut lalu diangkat, maka hendaklah ia perhatikan dengan apa tangannya itu kembali (?).”

Hadirkan akhirat dalam benak. Dekatkan gambaran akhirat di dalam pikiran. Senantiasalah berupaya agar pemandangan akhirat bersemayam di dalam hati. Dengan mengingat akhirat dan mengupayakan kehidupan abadi di dalamnya, dunia akan sirna dan tidak bermakna sedikit pun.

10.   Benci dan menjauhi Maksiat
Perbuatan maksiat menjadikan hati semakin berkarat dan kotor. Hati semacam ini takkan pernah memancarkan hidayah Allah SWT sebagaimana diterangkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi berikut ini : Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.(83.14)

Melakukan maksiat secara terus  menerus mengantarkan pelakunya kepada su’ul khatimah. Sabda Nabi SAW :  “Barang siapa meninggal dalam suatu keadaan (tertentu) niscaya Allah SWT akan membangkitkannya (di hari kiamat) dalam keadaan seperti itu.”
Nabi SAW bersabda, “Siapa yang mati dalam satu keadaan, maka Allah akan membangkitkannya dalam keadaan tersebut.” (Ahmad)
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa meninggal dalam suatu amal, maka dalam keadaan itu pula ia dibangkitkan oleh Allah.” (HR.Ahmad dan Hakim).

11.   Bergegas dalam Kebaikan
Bergegas dalam melakukan kebaikan atau meninggalkan keburukan adalah salah satu keutamaan bagi orang-orang yang beriman. Abbas berkata sebagaimana disebutkan dalam Tafsir al-Qurthubi, “Suatu kebaikan tidak akan terwujud, kecuali dengan tiga hal; segera melakukan, menganggapnya kecil, dan menutupinya.” Setelah bergegas, hendaknya kita menganggapnya sebagai amalan yang kecil hingga diri senantiasa melakukannya. kemudian, dianjurkan untuk menutupi amal. Sebab yang tersembunyi lebih dekat kepada keikhlasan.

12.   Pegang Teguh Aqidah
Berdoa dan berupayalah untuk mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah dan Lakukan ini setiap waktu. Allah mengisahkan wasiat Nabi Ya’qub dan Nabi Ibrahim kepada anak-anaknya, ”Dan Ibrahim telah mewasiatkan kepada anak-anaknya, demikian pula Ya’qub. Ibrahim berkata: Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu. Maka janganlah kamu mati, kecuali dalam memeluk agama Islam.” (2.132) 

No comments:

Post a Comment