12 April 2018

SAYYED HOSSEIN NASR



Beliau lahir di Iran pada tahun 1933. Pendidikan dasar diselesaikan di kampung halamannya. Sang Ayah yang dikenal sebagai ulama berpengaruh mengirim Nasr belajar ke sejumlah ulama besar Iran, termasuk kepada Ayatullah Muhammad Husain Thabathaba'i.

Pendidikan menengahnya juga ditempuh di Iran. Sedangkan pendidikan tingginya di Massachussets Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat. Beliau mengambil bidang sejarah sains, khususnya sains Islam hingga meraih gelar Bachelor of Science (B.Sc.). Puncaknya dia meraih gelar Ph.D. di Harvard University pada bidang yang sama pada 1958.

Sepulang dari Harvard, beliau diangkat menjadi guru besar sains dan filsafat Islam pada Universitas Teheran. Dia juga dipercaya sebagai dekan pada Fakultas Sastra dan Seni serta pembantu rektor Universitas yang sama.

Nasr termasuk pendiri Akademi Filsafat Iran, sekaligus sebagai presiden pertamanya. Selain itu, bersama Ayatullah Muthahari dan Ali Syari'ati, dia mendirikan lembaga lslam Husyaimiah lrsyad.

Wawasan Sayyed Hossein Nasr jauh melampaui batas-batas disiplin ilmu: dari sains hingga tasawuf dan dari sejarah klasik hingga percaturan pasca-modernisme. Banyak kalangan merujuknya sebagai "kamus hidup" pemikiran Islam kontemporer.


Pemikiran Nasr
Menurut Nasr, manusia modern tengah dilanda krisis spiritualitas. Kemajuan dalam lapangan ilmu dan filsafat rasionalisme tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok manusia dalam aspek nilai-nilai transenden, satu kebutuhan vital yang hanya bisa digali dari sumber wahyu llahi. Masalah paling akut yang dihadapi manusia modern bukan muncul dari situasi underdevelopment (keterbelakangan), tetapi justru dari overdevelopment.

Lebih dari itu, semua masalah dan krisis peradaban modern berakar dari polusi jiwa manusia. Hal ini muncul ketika manusia Barat mengambil alih peran ketuhanan di muka bumi dengan menyingkirkan dimensi Ilahi dari kehidupannya.

Menurut Nasr kaum muslimin terbagi menjadi dua kelompok: pertama, mereka yang terjebak dalam krisis dunia modern. Kedua, mereka yang tetap setia kepada nilai-nilai tradisional Islam. Mereka masih mengamalkan ibadah ritual dan berpegang pada hukum Tuhan.

Nasr berpendapat bahwa tak ada jalan lain kecuali rasa takut akan Tuhan. Perasaan itu sebagai dasar kebajikan yang akan mengantarkan kepada Sang Tuhan. Dan yang terpenting Hal itu harus dibarengi dengan cinta pada Allah.

Nasr sendiri memberi solusi untuk permasalahan manusia modern, yakni sufisme. Sufisme dapat memberikan jawaban-jawaban terhadap kebutuhan-kebutuhan intelektual manusia dewasa ini. Dalam bidang sufisme, dimensi spiritual tampak dan terasa sehingga dapat memadamkan kehausan manusia dalam mencari Tuhan. Sufisme mempunyai tempat bagi masyarakat di Barat (modern), karena mereka mulai merasakan kekeringan batin.

Nasr berpendapat, sufisme sangat penting disosialisasikan kepada Barat. Tujuannya: Pertama, berbagi peran dalam penyelamatan kemanusiaan dari kebingungan sebagai akibat  hilangnya nilai-nilai spiritual. Kedua, memperkenalkan pemahaman aspek esoteris lslam, baik terhadap masyarakat lsam yang mulai melupakannya, maupun non lslam khususnya masyarakat Barat. Ketiga, memberikan penegasan bahwa sufisme adalah jantung ajaran islam. Bila wilayah ini kering maka keringlah aspek-aspek lain ajaran lslam.

Muslim tradisional adalah Muslim yang menerima Al Quran sepenuhnya sebagai firman Allah. Sehingga kembali kepada ajaran Islam yang murni menjadi kunci utama menjalani prosesi kehidupan menuju kebahagian ukhrawi kelak.

Karya Nasr
Bagi Nasr, buku adalah warisan paling berharga. Oleh karena itu, puluhan buku sudah dia tulis. Diantaranya: Three Moslem Sages (Tiga Muslim yang Bijak), ldeals and Realities in Islam, An Introductions to Islamic Cosmological Doctrines, Science and Civilization in Islam, Sufi Essays, An Anotated Bibliography of lslamic Science, Man and Nature, The Spiritual Crisis of Modern Man, lslam and The Plight of Modern Man; Islamic Science, An Illustrated Study, The Transcendent Theosophy of Sadr ad-Din Shirazi, Islamic Art and Spirituality, Need for a Secred Science, lslamic Life and Thought, Knowledge and The Sacred, The Islamic Philosophy of Science, A Young Muslim's Guide to The Modern World, dan Traditional lslam in The Modern World.

Sumber : Ensiklopedi Tokoh Islam

No comments:

Post a Comment