Beliau
lahir di Iran pada tahun 1933. Pendidikan dasar diselesaikan di kampung halamannya. Sang Ayah yang dikenal sebagai ulama berpengaruh mengirim
Nasr belajar ke sejumlah ulama besar Iran, termasuk kepada Ayatullah Muhammad
Husain Thabathaba'i.
Pendidikan
menengahnya juga ditempuh di Iran. Sedangkan pendidikan tingginya di
Massachussets Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat. Beliau mengambil bidang
sejarah sains, khususnya sains Islam hingga meraih gelar Bachelor of Science
(B.Sc.). Puncaknya dia meraih gelar Ph.D. di Harvard University pada bidang
yang sama pada 1958.
Sepulang
dari Harvard, beliau diangkat menjadi guru besar sains dan filsafat Islam pada
Universitas Teheran. Dia juga dipercaya sebagai dekan pada Fakultas Sastra dan
Seni serta pembantu rektor Universitas yang sama.
Nasr
termasuk pendiri Akademi Filsafat Iran, sekaligus sebagai presiden pertamanya.
Selain itu, bersama Ayatullah Muthahari dan Ali Syari'ati, dia mendirikan
lembaga lslam Husyaimiah lrsyad.
Wawasan
Sayyed Hossein Nasr jauh melampaui batas-batas disiplin ilmu: dari sains hingga
tasawuf dan dari sejarah klasik hingga percaturan pasca-modernisme. Banyak kalangan
merujuknya sebagai "kamus hidup" pemikiran Islam kontemporer.
Pemikiran Nasr
Menurut
Nasr, manusia modern tengah dilanda krisis spiritualitas. Kemajuan dalam
lapangan ilmu dan filsafat rasionalisme tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok
manusia dalam aspek nilai-nilai transenden, satu kebutuhan vital yang hanya
bisa digali dari sumber wahyu llahi. Masalah paling akut yang dihadapi manusia
modern bukan muncul dari situasi underdevelopment
(keterbelakangan), tetapi justru dari overdevelopment.
Lebih
dari itu, semua masalah dan krisis peradaban modern berakar dari polusi jiwa
manusia. Hal ini muncul ketika manusia Barat mengambil alih peran ketuhanan di
muka bumi dengan menyingkirkan dimensi Ilahi dari kehidupannya.
Menurut
Nasr kaum muslimin terbagi menjadi dua kelompok: pertama, mereka yang terjebak
dalam krisis dunia modern. Kedua, mereka yang tetap setia kepada nilai-nilai
tradisional Islam. Mereka masih mengamalkan ibadah ritual dan berpegang pada
hukum Tuhan.
Nasr
berpendapat bahwa tak ada jalan lain kecuali rasa takut akan Tuhan. Perasaan
itu sebagai dasar kebajikan yang akan mengantarkan kepada Sang Tuhan. Dan yang
terpenting Hal itu harus dibarengi dengan cinta pada Allah.
Nasr
sendiri memberi solusi untuk permasalahan manusia modern, yakni sufisme. Sufisme
dapat memberikan jawaban-jawaban terhadap kebutuhan-kebutuhan intelektual
manusia dewasa ini. Dalam bidang sufisme, dimensi spiritual tampak dan terasa
sehingga dapat memadamkan kehausan manusia dalam mencari Tuhan. Sufisme mempunyai
tempat bagi masyarakat di Barat (modern), karena mereka mulai merasakan
kekeringan batin.
Nasr
berpendapat, sufisme sangat penting disosialisasikan kepada Barat. Tujuannya: Pertama, berbagi peran dalam
penyelamatan kemanusiaan dari kebingungan sebagai akibat hilangnya nilai-nilai spiritual. Kedua, memperkenalkan pemahaman aspek
esoteris lslam, baik terhadap masyarakat lsam yang mulai melupakannya, maupun non
lslam khususnya masyarakat Barat. Ketiga,
memberikan penegasan bahwa sufisme adalah jantung ajaran islam. Bila wilayah
ini kering maka keringlah aspek-aspek lain ajaran lslam.
Muslim
tradisional adalah Muslim yang menerima Al Quran sepenuhnya sebagai firman
Allah. Sehingga kembali kepada ajaran Islam yang murni menjadi kunci utama
menjalani prosesi kehidupan menuju kebahagian ukhrawi kelak.
Karya Nasr
Bagi
Nasr, buku adalah warisan paling berharga. Oleh karena itu, puluhan buku sudah
dia tulis. Diantaranya: Three Moslem Sages (Tiga Muslim yang Bijak), ldeals and
Realities in Islam, An Introductions to Islamic Cosmological Doctrines, Science
and Civilization in Islam, Sufi Essays, An Anotated Bibliography of lslamic
Science, Man and Nature, The Spiritual Crisis of Modern Man, lslam and The
Plight of Modern Man; Islamic Science, An Illustrated Study, The Transcendent
Theosophy of Sadr ad-Din Shirazi, Islamic Art and Spirituality, Need for a Secred
Science, lslamic Life and Thought, Knowledge and The Sacred, The Islamic
Philosophy of Science, A Young Muslim's Guide to The Modern World, dan Traditional
lslam in The Modern World.
Sumber : Ensiklopedi Tokoh Islam
No comments:
Post a Comment