12 April 2018

ISMAIL RAJI AL FARUQI



Faruqi lahir di daerah Jaffa, Palestina 1 Januari 1921. Pendidikan dasarnya dilalui di College des Freres, Libanon sejak 1926 hingga 1936. Pendidikan tinggi dia tempuh di The American University, Beirut. Sedang gelar sarjana muda dia raih pada 1941.

Lulus sarjana, dia kembali ke tanah kelahirannya menjadi pegawai pemerintahan Palestina di bawah mandat Inggris selama empat tahun, sebelum akhirnya diangkat menjadi gubernur Galilea yang terakhir. 1947 provinsi yang dipimpinnya jatuh ke tangan Israel, hingga dia pun hijrah ke Amerika Serikat.

Menggeluti Dunia Akademis
Di negeri Paman Sam itu Dia menggeluti dunia akademis. Gelar masternya di bidang filsafat diraih dari Universitas Indiana, AS, pada 1949. Gelar master keduanya dari Universitas Harvard, dengan judul tesis On Justifying The God : Metaphysic and Epistemology of value (Tentang Pembenaran Kebaikan Metafisika dan Epistemologi Ilmu). Sedangkan gelar doktornya didapat dari Universitas Indiana.

Al-Faruqi juga memperdalam ilmu agama di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir selama empat tahun. Usai Studi Islam di Kairo, Al-Faruqi mulai mengajar di Universitas Mc Gill, Montreal, Kanada pada 1959 selama dua tahun.

Pada 1962 Al-Faruqi pindah ke Karachi, Pakistan karena terlibat kegiatan Central Institute for Islamic Research. Namun pada 1963, Al-Faruqi kembali ke AS dan mengajar di fakultas agama Universitas Chicago. Selanjutnya beliau pindah ke program pengkajian lslam di Universitas Syracuse, New York. Pada tahun 1968, dia pindah ke Universitas Temple, Philadelphia, sebagai guru besar dan mendirikan Pusat Pengkajian lslam di institusi tersebut.

Selain itu, dia juga menjadi guru besar tamu di berbagai negara, seperti di Universitas Mindanao City, Filipina dan di Universitas Qum, Iran. Dia merupakan perancang utama kurikulum The American lslamic College, Chicago. Al-Faruqi mengabdikan ilmunya di kampus hingga akhir hayatnya, pada 27 Mei 1986, di Philadelphia.


Integrasi Ilmu Pengetahuan
Faruqi sangat terkenal dengan konsep integrasi antara ilmu pengetahuan (umum) dan agama. Dalam keyakinan agamanya, dia tidak melihat Islam mengenal dikotomi ilmu. Karena, ilmu dalam Islam asalnya dan bersumber pada nash nash dasarnya, yakni Al Quran dan Al-Hadis.

“Bukan seperti sekarang, saat dunia Barat maju dalam bidang ilmu pengetahuan, namun kemajuan itu kering dari ruh spiritualitas. Itu tak lain karena adanya pemisahan dan dikotomi antara ilmu pengetahuan dan agama," kilahnya.

Teorinya tentang penggabungan ilmu pengetahuan telah mengilhami berdirinya berbagai mega proyek keilmuan, semisal International Institute of Islamic Thougth (IllT) di Amerika Serikat dan lembaga sejenis di Malaysia.

 Gagasan "lslamisasi ilmu pengetahuan tak hanya dia perjuangkan dalam bentuk buku, namun juga dalam institusi pengkajian lslam dengan mendirikan llIT pada 1980, di Amerika Serikat. Kini, lembaga bergengsi dan berkualitas itu memiliki banyak cabang di berbagai negara, termasuk di Indonesia dan Malaysia.

Tak cukup dengan llIT saja, dia dirikan pula The Association of Muslim Social Scientist pada 1972. Kedua lembaga internasional yang didirikannya itu menerbitkan jurnal Amerika tentang ilmu-ilmu sosial lslam.


Pan-lslamisme
Pemikirannya tentang Pan-lslamisme (Persatuan Negara-negara lslam) terus didengungkannya di tengah berkembangnya negara-negara nasional di dunia Islam dewasa ini. Al-Faruqi tak sependapat dengan berkembangnya nasionalisme yang membuat umat Islam terpecah-pecah. Baginya, sistem khilafah (kekhalifahan Islam) adalah bentuk negara lslam yang paling sempurna. "Khilafah adalah prasyarat mutlak bagi tegaknya paradigma lslam di muka bumi. Khilafah merupakan induk dari lembaga-lembaga lain dalam masyarakat. Tanpa itu, lembaga-lembaga lain akan kehilangan dasar pijaknya," tegasnya.

Dengan terbentuknya khilafah, keragaman tidak berarti akan lenyap. Dalam pandangannya, khilafah tetap bertanggungjawab melindungi keragaman. Bahkan, khilafah wajib melindungi pemeluk agama lain. Menurutnya, negara-negara Islam yang ada saat ini akan menjadi provinsi-provinsi federal dari sebuah khilafah yang bersifat universal yang harus senantiasa diperjuangkan.

Al-Faruqi berpendapat bahwa lslam tidak menentang Yahudi. Yang ditentang Islam adalah Zionisme. Antara Yahudi dan Zionisme terdapat perbedaan mendasar. Ketidakadilan dan kezaliman yang dilakukan Zionisme, menurutnya begitu rumit, majemuk, dan amat krusial, sehingga tidak dapat dihentikan tanpa suatu kekerasan perang. Dalam hal ini, negara zionis harus dihancurkan.

Namun nasib tragis menimpa diri dan keluarganya. Ketika meletus serangan teroris di Eropa Barat lalu merembet pada kerusuhan di AS pada 1986, Gerakan anti-Arab serta semua yang berbau Arab dan lslam begitu marak. Dalam serangan oleh kelompok tak dikenal, Al-Faruqi dan istrinya, Dr. Lois Lamya, serta keluarganya tewas. Untuk mengenang jasa-jasa, usaha, dan karyanya, organisasi masyarakat lslam Amerika Utara (ISNA) mendirikan The lsmail and Lamya Al-Faruqi Memorial Fund, yang bermaksud melanjutkan cita-cita "Islamisasi ilmu pengetahuan.”

Karya tulis
Lebih dari dua puluh buku, dalam berbagai bahasa, telah ditulisnya, dan tak kurang dari seratus artikel telah dipublikasikan. Diantara karyanya yang terpenting adalah: A Historical Atlas of the Religion of he World (Atlas Historis Agama Dunia), Thrialogue ofAbrahamic Faiths (Trilogi Agama Agama Abrahamis), The Cultural Atlas of lslam (Atlas Budaya lslam). Islam and Cultural (keduanya telah di Indonesiakan).

Sumber : Ensiklopedi Tokoh Islam

No comments:

Post a Comment