14 April 2018

PENTINGNYA ILMU



Ilmu sangat penting peranannya dalam islam. Nabi bersabda : mencari ilmu wajib bagi setiap lelaki dan wanita Muslim. Bahkan beliau juga bersabda: carilah ilmu sampai ke negeri Cina sekalipun.

Namun Ilmu tak terbatas sedang hidup kita singkat, oleh karena itu tidak wajib mempelajari semua ilmu. Yang harus kita prioritaskan adalah ilmu yang berkaitan dengan Syariat agama; mengetahui waktu shalat, mempelajari ilmu kedokteran untuk menjauhkan diri dari sakit, mempelajari ilmu hitung untuk memahami pembagian warisan, menghitung masa iddah dan sebagainya. Ilmu menjadi wajib sejauh diperlukan untuk berbuat kebaikan.

Allah swt. mengutuk mereka yang mempelajari ilmu yang tidak berguna. (QS. 2;96). Bahkan nabi bersabda, “Aku berlindung kepada Tuhan dari ilmu yang tak bermanfaat."

Oleh karena itu, jangan hanya fokus untuk menambah ilmu tapi yang terpenting adalah mengamalkannya. Nabi berkata, orang yang taat beribadah namun tak memiliki pengetahuan tentang Tuhan, bagaikan keledai yang menggerakkan jentera. Karena keledai terus berputar-putar di tempat dan tak pernah melangkah maju. Maka jangan minder dengan ilmu yang sedikit. Karena banyak yang dapat dikerjakan dengan pengetahuan yang sedikit.

Namun sebagian orang menganggap pengetahuan lebih tinggi daripada tindakan, sementara yang lain menomorsatukan tindakan. Nyatanya kedua golongan itu salah. Sebelum tindakan dipadukan dengan pengetahuan, tak patut menerima pahala. Shalat, baru dapat disebut shalat bila dilakukan dengan pengetahuan mengenai prinsip-prinsip thaharah, hal-hal yang bertalian dengan kiblat dan pengetahuan tentang niat.

Belajar dan menghapal adalah tindakan yang membuat seseorang memperoleh pahala di hari kemudian. Jika dia memperoleh pengetahuan tanpa berusaha, dia tidak akan memperoleh pahala.

Ada dua golongan manusia yang keliru berkaitan dengan ilmu. Pertama, mereka yang mencari pengetahuan demi memperoleh nama baik di masyarakat namun tak mampu mempraktikkannya. Kedua, mereka yang menganggap bahwa praktik sudah cukup dan pengetahuan tidak perlu.

Ketika Ibrahim bin Adham melihat sebuah batu yang di atasnya tertera tulisan, Balikkan aku dan baca!" Dia mematuhi dan terdapatlah tulisan: “Engkau tak melaksanakan apa yang kau ketahui lantas mengapa kau mencari apa yang tak kau ketahui?"

Anas bin Malik berkata, “Orang yang bijak bercita-cita untuk mengetahui. Orang yang bodoh bercita-cita untuk menceritakan." Orang yang menggunakan pengetahuannya dengan tujuan memperoleh kekuasaan, kehormatan dan kekayaan, bukanlah ulama.

Akhirnya, puncak tertinggi pengetahuan terungkap dalam kenyataan bahwa, tanpa pengetahuan tak seorangpun mengenal Tuhan.*

(Sumber : Kasyful Mahjub) 

No comments:

Post a Comment