22 May 2018

UNTUK APA KITA DICIPTAKAN?


Apa peran kita di dunia? Apa yang harus kita lakukan? Mau jadi apa kita? Banyak orang yang bingung menjawab pertanyaan ini. Lalu bagaimana solusinya? Berbagai cara dilakukan orang untuk menemukan bakat dan profesi yang akan dijalaninya. Ada yang menggunakan talent maping, mengikuti tes minat bakat dan berbagai macam cara lainnya yang terkadang harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.

Padahal seharusnya sejak kecil kita sudah mengenali bakat kita. Namun kita baru sadar ketika akan mengambil jurusan di SMA, mengambil jurusan di universitas, atau saat memilih pekerjaan. Namun karena tidak tahu caranya, banyak yang salah memilih. Tidak sedikit yang ikut-ikutan dan terpengaruh oleh teman atau keluarga.

Seandainya kita berpedoman kepada Rasulullah, ternyata rumusnya sangat sederhana. Dalam salah satu hadisnya beliau bersabda, “Dari Imran r.a. berkata: saya bertanya: ‘Ya Rasulullah apa dasarnya kerja orang yang bekerja?’ beliau menjawab : ‘Setiap orang dimudahkan mengerjakan apa yang dia telah diciptakan untuk itu.” [HR. Bukhari].

Artinya setiap orang yang lahir, lengkap dengan misi dan tujuan penciptaannya masing-masing. Yaitu untuk melakukan pekerjaan yang mudah dia kerjakan. Misalnya kita dimudahkan untuk mengajar agama maka tujuan penciptaan kita adalah menjadi ustadz atau guru agama. Kita dimudahkan untuk berbisnis maka tujuan penciptaan kita adalah menjadi pengusaha. Kita dimudahkan untuk menulis maka tujuan penciptaan kita adalah menjadi penulis. Kita dimudahkan bernyanyi maka tujuan penciptaannya jadi penyanyi.

Dari mana kita mengetahui sesuatu itu mudah kita lakukan? Tentu berdasarkan pengalaman setelah menjalaninya. Jadi jalani dulu beberapa pekerjaan yang kita sukai. Dari sana akan ketahuan mana yang paling mudah kita lakukan. Cirinya kita senang mengerjakan setiap hari, tidak membuat jenuh dan ada hasilnya. Kalau sudah ketemu fokuslah di sana, berarti itu bidang anda.

Tentu setiap orang akan berbeda minat dan bakatnya karena setiap manusia memiliki keunikan dan tujuan penciptaannya masing-masing. Bahkan antara kakak dan adik dalam satu keluarga pun bisa berbeda bakatnya.

Ada orang yang senang dengan sepak bola tapi tidak mau jadi pemain bola. Dia memilih jadi suporter saja. Karena walaupun senang dengan sepakbola ketika disuruh bermain dia tidak sanggup dan merasa kesulitan. Oleh karena itu acuannya bukan apa yang kita senangi tapi apa yang mudah kita lakukan.

Begitu juga saat menentukan jurusan di SMA atau universitas, pilih mata pelajaran yang disenangi dan mudah dikerjakan. Indikatornya dapat dilihat dari nilai rapor. Kalau nilainya tinggi bisa jadi mata pelajaran itu mudah dia kerjakan.  

Dalam memilih proesi juga begitu. Mislnya ada orang yang suka mendengar ceramah tapi ia tidak mudah untuk melakukannya maka jangan ambil bidang itu. Tapi jadikan bidang itu sebagai jalan pendukung pekerjaan utamanya.

Misalnya anda suka menulis dan mendengar ceramah agama. Namun lebih dimudahkan untuk menjadi penulis daripada berceramah. Maka pilih profesi sebagai penulis. Sedangkan minat pada ceramah dijadikan pendukung untuk profesi menulis. Contohnya dengan menulis tentang cara-cara berceramah yang baik, kisah para pendakwah terkenal, dan hal-hal yang berkaitan dengan ceramah. Atau menjadikan ceramah-ceramah yang didengar sebagai sumber tulisan.

Jadi kalau pekerjaan yang paling mudah bagi anda adalah menulis, tapi anda juga menyukai beberapa bidang lainnya seperti bisnis, ceramah agama, pengembangan diri misalnya, maka semua ini harus anda ramu untuk jadi bahan penulisan anda. Jadi output-nya berupa tulisan baik dalam bentuk artikel ataupun buku. Sedangkan profesi anda bisa saja sebagai seorang pengamat dunia dakwah atau pengamat bisnis.

Jadi sekali lagi cara menentukan minat dan bakat adalah dengan melihat apa yang mudah kita lakukan, bukan apa yang kita senangi semata.

No comments:

Post a Comment