Sungguh miris hati kita melihat kenyataan di masyarakat. Orang menghabiskan waktunya dari pagi hingga malam hari tidak henti hentinya mencari uang, harta dan kekayaan. Yang ada dalam pikirannya hanya bagaimana meraih kekayaan materi dan duniawi. Orang-orang berlomba menjadi orang yang terkaya secara materi. Harapannya dengan kekayaan yang dimilikinya dia akan populer dan dikenal oleh banyak orang sebagai orang yang kaya.
Di samping itu diapun bisa memuaskan nafsunya. Dia memuaskan nafsu makannya dengan mencoba berbagai makanan tanpa memperdulikan halal haram, dan tidak peduli harganya semahal apapun. Yang penting nafsunya terpuaskan. Begitupun nafsu kepada pakaian, dia membeli baju yang bagus dan bermerek dengan harga selangit. Yang penting tampil keren. Mereka pun berlibur ke pusat-pusat hiburan untuk meraih kesenangan sesaat. Mereka terus memuaskan gaya hidupnya yang serba materialistis dan hedonisme. Acuannya hanya dunia dan kepuasan nafsu. Inilah realitas di masyarakat dimana orang berbisnis hanya mengejar kekayaan dan memuaskan nafsu.
Merekapun tidak memperdulikan etika dalam berbisnis. Mereka menghalalkan segala cara asal tujuannya tercapai. Mereka tidak percaya kepada akhirat sehingga tidak ada dalam orientasi bisnisnya. Sekali lagi orientasinya hanya sebatas dunia. Inilah salah satu ciri orang yang tidak percaya kepada akhirat. Berbagai praktek bisnis yang terlarang justru dilakukannya. Mereka memakan harta riba yang jelas-jelas dilarang oleh Allah. ”Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al Baqarah[2]:275)
Merekapun melakukan KKN demi kelancaran bisnisnya. Padahal nabi bersabda orang yang menyogok dan disogok kedua-duanya masuk neraka. Merekapun saling memakan harta secara zalim. Padahal Allah telah berfirman, ”Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil.“ (QS Al Baqarah[2]:188)
Belum lagi yang sengaja berbisnis barang haram seperti narkoba. Atau haram caranya seperti menjual makanan yang mengandung formalin, makanan yang sudah kadalauarsa, atau ayam yang tidak disembelih dengan cara Islami.
Padahal dalam Islam bisnis adalah sesuatu yang sakral. Bisnis dalam Islam adalah ibadah dan sarana mendekatkan diri kita kepada Allah. Oleh karena itu bisnis harus dilakukan dengan penuh etika dan cara cara yang dituntunkan oleh Allah. Tidak boleh dilakukan seenaknya. Tujuan bisnis adalah meraih ridha Allah bukan meraih kekayaan materi semata. Itulah beda bisnis yang Islami dengan bisnis yang tidak Islami. Bisnis yang tidak Islami tujuannya hanya dunia materi dan sesaat. Sedangkan tujuan bisnis islami adalah akhirat, ridha Allah dan ibadah, jelas sekali letak perbedaaannya.
Yang membedakan bisnis Islami dengan non Islami adalah etika. Bisnis non Islami tanpa etika sedangkan bisnis Islami dituntun oleh etika. Itulah sebabnya nabi dikenal dengan etika bisnisnya bukan oleh kekayaanya semata. Nabi dikenal sebagai orang yang sangat jujur, adil, mulia dan terpercaya. Inilah kunci kesuksesan bisnis nabi baik di dunia maupun di akhirat. Jadi dalam Islam yang penting bukan hanya kekayaan itu sendiri tapi bagaimana meraih kekayaan itu. Keduanya saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Kalau hartanya diraih dengan cara yang tidak benar maka hartanya jadi haram.
Jelaslah bahwa tujuan bisnis dalam Islam adalah meraih ridha Allah bukan hanya meraih kekayaan materi semata. Setiap pekerjaan yang ditujukan untuk meraih ridha Allah merupakan ibadah. Oleh karena itu, tidak boleh ada kemaksiatan di dalam ibadah. Tidak boleh ada kejahatan dalam ibadah muamalah. Karena ibadah bisnis akan rusak dengan dosa-dosa yang dilakukan di dalamnya.
No comments:
Post a Comment