Ilmu sangat penting peranannya dalam islam. Nabi bersabda : mencari ilmu
wajib bagi setiap lelaki dan wanita Muslim. Bahkan
beliau juga bersabda:
carilah ilmu sampai ke negeri Cina sekalipun.
Namun
Ilmu tak terbatas
sedang hidup kita singkat, oleh karena itu tidak wajib mempelajari
semua ilmu. Yang harus kita prioritaskan adalah ilmu yang berkaitan
dengan Syari’at agama; mengetahui waktu shalat, mempelajari ilmu kedokteran untuk menjauhkan
diri dari sakit, mempelajari ilmu hitung untuk memahami pembagian warisan, menghitung
masa iddah dan sebagainya.
Ilmu menjadi wajib sejauh diperlukan untuk
berbuat kebaikan.
Allah swt. mengutuk mereka yang mempelajari ilmu yang tidak berguna.
(QS. 2;96). Bahkan nabi bersabda, “Aku berlindung kepada
Tuhan dari ilmu yang tak bermanfaat."
Oleh karena itu, jangan hanya fokus untuk menambah ilmu tapi yang
terpenting adalah mengamalkannya. Nabi
berkata, orang yang taat beribadah namun tak memiliki pengetahuan tentang Tuhan,
bagaikan keledai yang menggerakkan jentera. Karena
keledai terus berputar-putar di tempat dan tak pernah melangkah maju. Maka jangan minder dengan ilmu yang sedikit. Karena
banyak yang dapat dikerjakan dengan pengetahuan yang sedikit.
Namun sebagian orang menganggap pengetahuan lebih
tinggi daripada tindakan, sementara yang lain menomorsatukan tindakan. Nyatanya kedua
golongan itu salah. Sebelum tindakan dipadukan dengan pengetahuan, tak patut menerima
pahala. Shalat, baru dapat disebut shalat bila dilakukan dengan pengetahuan
mengenai prinsip-prinsip thaharah, hal-hal yang bertalian dengan kiblat dan pengetahuan tentang niat.
Belajar dan menghapal
adalah tindakan yang membuat seseorang memperoleh pahala di hari kemudian. Jika dia
memperoleh pengetahuan tanpa berusaha, dia tidak akan memperoleh pahala.
Ada dua golongan manusia yang keliru berkaitan dengan ilmu. Pertama, mereka yang mencari
pengetahuan demi memperoleh nama baik di masyarakat namun tak mampu
mempraktikkannya. Kedua, mereka yang menganggap bahwa praktik
sudah cukup dan pengetahuan tidak perlu.
Ketika Ibrahim bin Adham
melihat sebuah batu yang di atasnya tertera tulisan, “Balikkan aku dan
baca!" Dia mematuhi dan terdapatlah tulisan: “Engkau tak melaksanakan
apa yang kau ketahui lantas mengapa kau mencari apa yang tak kau
ketahui?"
Anas bin Malik berkata, “Orang yang bijak bercita-cita untuk
mengetahui. Orang yang bodoh bercita-cita untuk
menceritakan." Orang
yang menggunakan pengetahuannya dengan tujuan memperoleh
kekuasaan, kehormatan dan kekayaan, bukanlah ulama.
Akhirnya, puncak tertinggi pengetahuan terungkap dalam kenyataan
bahwa, tanpa pengetahuan tak seorangpun mengenal Tuhan.*
(Sumber : Kasyful Mahjub)
No comments:
Post a Comment