Ma'rifatullah artinya melihat Allah dengan pandangan mata hati, bukan dengan
pandangan mata kepala. Rasullullah saw.
bersabda, “Wahai Abu Dzar, sembahlah Allah seakan-akan
kamu melihat-Nya. Dan jika kamu tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihat kamu.” (HR Abu Naim
dari zaid bin Arqom).
Manusia telah diberi fitrah untuk mengenal Allah sejak ia masih dalam kandungan. Namun jika ia tidak
mendapat anugrah-Nya, manusia tidak akan dapat mengenal Allah secara hakiki.
Kalau manusia tidak mendapat anugrah Allah maka dia akan menemui
berbagai faham keyakinan yang menyimpang dari tuntutan Allah. Seperti halnya raja Namrudz
pada zaman Nabi Ibrahim as. Dan raja Fir’aun pada zaman nabi Musa
as. yang mempertuhankan dirinya sendiri.
Jika kita telah dibukakan jalan ma'rifatullah, maka kita tidak akan
menghiraukan amal yang sedikit. Ma’rifat adalah anugrah Allah yang dilimpahkan kepada kita. Amal ibadah kita hanya
imbalan sebagai pengabdian kepada-Nya.
Tujuan memperbanyak
amal kebaikan adalah demi kebaikan kita sendiri, bukan untuk
Allah. Jika engkau berlomba-lomba berbuat kemaksiatan seperti mencuri, zina,
minum-minuman keras, bermain judi, tidak menepati janji dan berdusta maka yang binasa
adalah engkau sendiri.
Al junaid pernah
berkata: seseorang ahli ma'rifat membatasi tingkah lakunya
dalam empat perkara, yakni :
1.
Seorang ahli ma’rifat
mengenal Allah sehingga ia berhubungan langsung dengan Allah tanpa adanya
perantara.
2.
Dasar hidup dan kehidupannya
mengikuti sunnah Rasul; meninggalkan akhlak yang rendah dan hina.
3.
Mengikuti hawa nafsu yang
dikehendaki Allah pada ajaran Al Quran.
4.
Merasa dirinya milik Allah Swt dan
kepada-Nya ia akan kembali.
Yang diharapkan oleh ahli ma’rifat kepada Allah adalah hidup dengan ikhlas
tanpa pamrih. Karena hal
itu akan mengakibatkan jiwa kotor dan menjauhkan diri dari
Allah Swt. Padahal hidup ini hanya untuk mengabdi kepada Allah ta'ala saja. “Tidaklah aku
menjadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk mengabdikan diri kepada-Ku.” (Qs. 51;56)
Allah Swt. tidak beruntung disembah oleh kita. Pun tidak rugi jika tidak disembah. Pengabdian yang dilakukan manusia semata-mata untuk
manusia itu sendiri.
(Sumber : Imam Al Ghazali; Cinta dan Rindu Kepada Allah)
No comments:
Post a Comment