14 April 2018

MERAIH MA’RIFAT


Ma'rifatullah artinya melihat Allah dengan pandangan mata hati, bukan dengan pandangan mata kepala. Rasullullah saw. bersabda, “Wahai Abu Dzar, sembahlah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Dan jika kamu tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihat kamu.(HR Abu Naim dari zaid bin Arqom).

Manusia telah diberi fitrah untuk mengenal Allah sejak ia masih dalam kandungan. Namun jika ia tidak mendapat anugrah-Nya, manusia tidak akan dapat mengenal Allah secara hakiki.

Kalau manusia tidak mendapat anugrah Allah maka dia akan menemui berbagai faham keyakinan yang menyimpang dari tuntutan Allah. Seperti halnya raja Namrudz pada zaman Nabi Ibrahim as. Dan raja Firaun pada zaman nabi Musa as. yang mempertuhankan dirinya sendiri.

Jika kita telah dibukakan jalan ma'rifatullah, maka kita tidak akan menghiraukan amal yang sedikit. Marifat adalah anugrah Allah yang dilimpahkan kepada kita. Amal ibadah kita hanya imbalan sebagai pengabdian kepada-Nya.

Tujuan memperbanyak amal kebaikan adalah demi kebaikan kita sendiri, bukan untuk Allah. Jika engkau berlomba-lomba berbuat kemaksiatan seperti mencuri, zina, minum-minuman keras, bermain judi, tidak menepati janji dan berdusta maka yang binasa adalah engkau sendiri.

Al junaid pernah berkata: seseorang ahli ma'rifat membatasi tingkah lakunya dalam empat perkara, yakni :
1.       Seorang ahli ma’rifat mengenal Allah sehingga ia berhubungan langsung dengan Allah tanpa adanya perantara.
2.       Dasar hidup dan kehidupannya mengikuti sunnah Rasul; meninggalkan akhlak yang rendah dan hina.
3.       Mengikuti hawa nafsu yang dikehendaki Allah pada ajaran Al Quran.
4.       Merasa dirinya milik Allah Swt dan kepada-Nya ia akan kembali.

Yang diharapkan oleh ahli marifat kepada Allah adalah hidup dengan ikhlas tanpa pamrih. Karena hal itu akan mengakibatkan jiwa kotor dan menjauhkan diri dari Allah Swt. Padahal hidup ini hanya untuk mengabdi kepada Allah ta'ala saja. “Tidaklah aku menjadikan jin dan manusia kecuali hanya untuk mengabdikan diri kepada-Ku.” (Qs. 51;56)

Allah Swt. tidak beruntung disembah oleh kita. Pun tidak rugi jika tidak disembah. Pengabdian yang dilakukan manusia semata-mata untuk manusia itu sendiri.

 (Sumber : Imam Al Ghazali; Cinta dan Rindu Kepada Allah)

No comments:

Post a Comment