09 December 2011

Wirausaha Solusi Atasi Kemiskinan


Kemiskian merupakan masalah utama negara-negara Islam. Hal ini antara lain disebabkan oleh pemahaman yang salah tentang ajaran islam. Salah satunya adalah pemahaman tentang zuhud. Sebagian orang mengartikan zuhud dengan hidup miskin. Padahal zuhud berarti memiliki dunia tetapi meletakkannya di tangan bukan di hati.
Tidak satupun ayat al Quran dan hadis Rasulullah yang mendorong orang untuk hidup miskin. Islam justru memandang kemiskinan sebagai ancaman yang membahayakan umat.
Allah Swt. memuliakan para nabi dengan kecukupan harta. “Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan lalu Dia memberikan kecukupan.” (QS. Ad dhuha[93]:8) Rasulullah pernah bersabda, “Alangkah nikmatnya harta yang baik bagi orang yang saleh.” (HR. Ahmad dan ath-Thabrani)
Yusuf Qardawi dalam bukunya Musykilah al Faqr Wakaifa ‘aalajaha al Islam, menerangkan bahaya kemiskinan bagi umat islam.
1.   Kemiskinan membahayakan akidah. Saat ini marak sekali kasus pemurtadan terutama di daerah-daerah yang miskin. Banyak umat islam yang berpindah keyakinan karena diiming-imingi dengan materi. Benarlah sabda nabi, “Kemiskinan dapat mengakibatkan kekafiran.” Oleh sebab itu, Rasulullah mengajarkan doa, “Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari kemiskinan, kekurangan, dan kehinaan. Aku pun berlindung kepadaMu dari perbuatan zalim dan dizalimi.” (HR. Abu Daud, an-Nasai, Ibnu Majah, dan al Hakim)
2.   Kemiskinan membahayakan akhlak dan moral. Orang-orang yang terlilit kemiskinan terkadang kurang menjaga kemuliaan dirinya. Sehingga tidak malu untuk berbohong dan menipu. Pantaslah ada pemeo, ”Suara perut dapat mengalahkan suara nurani.” Kalau sudah masalah perut orang tidak ingat lagi dengan hati nurani, tidak ingat lagi dengan etika dan aturan agama.
3.   Kemiskinan mengancam kestabilan pemikiran. Orang yang terlilit dengan kemiskinan kadang sulit untuk berpikir jernih. Imam Abu Hanafiah pernah berkata, ”Jangan bermusyawarah dengan orang yang sedang tidak punya beras.” Maksudnya jangan bermusyawarah dengan orang yang pikirannya sedang kacau karena sedang tidak punya uang untuk makan. Bahkan menurut ilmu jiwa, tekanan stres berpengaruh terhadap kehalusan perasaan dan ketajaman pikiran.
4.   Kemiskinan membahayakan keluarga. Kemiskinan berdampak kepada keharmonisan sebuah keluarga. Bahkan bagi orang-orang muda yang akan menikah, kemiskinan ini menjadi salah satu alasan mereka untuk menunda-nunda perkawinan karena belum adanya biaya untuk menikah. Akibatnya tidak sedikit yang hidup serumah tapi belum menikah secara resmi.
5.   Kemiskinan juga bisa memisahkan antara suami dan istri. Ketika suami tidak bisa lagi memenuhi kewajibannya maka dia akan kehilangan kepercayaan dari sang istri sehingga tidak sedikit berujung pada perceraian. Bahkan akhir-akhir ini kita mendengar ada orang tua yang tega membunuh anaknya karena takut kemiskinan. Padahal Allah melarang keras perbuatan ini. “Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (QS. Al Isra[17]:31)
6.   Kemiskinan mengancam masyarakat dan kestabilannya. Sebagian masyarakat hidup dengan bergelimang harta sedangkan yang lain hidup dalam kemiskinan. Hal ini menimbulkan kecemburuan sosial yang berdampak kepada tindak kejahatan.
Oleh karena itu, mengentaskan kemiskinan harus menjadi misi seorang entrepreneur.  Konosuke Matsushita, pendiri Matsushita Electric pernah berkata, bahwa misi seorang etrepreneur itu adalah mengentaskan kemiskinan, menyelamatkan masyarakat secara keseluruhan dari akibat-akibat kemiskinan serta mengusahakan kesejahteraan umum.
Banyak ayat-ayat al Quran yang mendorong orang untuk berusaha, diantaranya: ”Seseorang tidak mendapatkan sesuatu, kecuali apa yang telah diusahakannya.” (QS. Annajm[53]:39) Satu-satunya cara untuk mendapatkan rezeki, adalah dengan bekerja. Allah telah menjanjikan, ”Bagi seorang laki-laki ada manfaat dari apa yang diusahakannya. Dan bagi para wanita ada bagian dari apa yang diusahakan.” (QS. Annisa[4]:32). “Allah sekali-kali tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga kaum itu mengubahnya sendiri.” (QS. Al Anfal[8]:53)
Seperti kita ketahui manusia diperintah oleh Allah untuk beribadah dan bekerja mengisi kehidupannya. Rasul pun sangat mendorong umatnya untuk bekerja. Dalam sebuah hadisnya beliau pernah bersabda, ”Tidak seorangpun yang akan memperoleh kehidupan yang lebih baik dari pada orang yang memperoleh penghasilan dengan tangannya sendiri. Nabi Daud pun memperoleh nafkah penghidupan dengan tangannya sendiri. (HR. Bukhari)
Namun, kenyataan di masyarakat masih banyak orang yang menganggur. Salah satu penyebabnya adalah karena banyak orang yang memilih jadi pegawai dan sedikit sekali yang mau jadi pengusaha. Padahal kita tahu lowongan pekerjaan sangat terbatas. Jadi kurang tersedianya lapangan pekerjaan bukan semata-mata disebabkan oleh kondisi ekonomi yang sedang menurun, tetapi salah satunya disebabkan oleh kurang berminatnya orang untuk berwirausaha.
Hal ini sedikit banyak dipengaruhi oleh latarbelakang sejarah bangsa kita. Di zaman penjajahan Belanda kesempatan untuk menuntut ilmupun sangat dibatasi. Akibatnya bangsa Indonesia betul-betul tidak berkembang secara intelektual dan ekonomi.
Pekerjaan paling bergengsi pada waktu itu adalah menjadi pegawai pemerintah Belanda. Inilah profesi yang dianggap mulia. Oleh karena itu tidak aneh kalau orang tua menginginkan anaknya jadi pegawai. Mereka memandang rendah orang yang tidak bekerja di guberdemen (pemerintahan). Pandangan ini terus diwariskan oleh generasi terdahulu sampai saat ini.
Dampaknya masih terasa sampai sekarang. Banyak orang lebih memilih untuk kuliah di perguruan tinggi dan kemudian bekerja di perusahaan besar. Hal ini juga didukung dengan berkembangnya bisnis pendidikan dan sekolah-sekolah yang menyiapkan orang untuk menjadi karyawan. Sehingga ketika lulus dia berpikir untuk mencari pekerjaan bukan mendirikan perusahaan.
Ditambah lagi dengan menurunnya daya serap perusahaan yang tidak sebanding dengan jumlah angkatan kerja yang melamar. Jumlah mahasiswa yang lulus lebih banyak dari jumlah karyawan yang pensiun.
Oleh karena itu tida ada pilihan lain, generasai muda khususnya lulusan perguruan tinggi harus berani berwirausaha dan mendirikan perusahaan sendiri. Insya Allah dengan ini umat Islam akan keluar dari lingkaran kemiskinan dan aqidah umat tetap terjaga. Wallahua’lam.***

No comments:

Post a Comment