“Tanda-tanda
orang yang
arif dalam
amal, ia tidak membanggakan amal
ibadahnya. Berkurangnya harapan kepada Allah ketika terjadi kekhilafannya kepada Allah.”
Orang arif adalah orang yang tidak membanggakan amal ibadahnya. Orang seperti ini kurang
pengharapannya
kepada Allah ketika ia berhadapan dengan rintangan yang menimpa. Sedangkan sifat orang yang meneguhkan imannya kepada Allah selalu
berpegang teguh kepada kekuasaan-Nya.
Para arifin selalu menyaksikan kebenaran-Nya. Dia tidak dapat memutuskan
hubungannya
dengan Alah karena telah menyaksikan kebesaran Allah.
Ia tidak menjadikan amal ibadahnya sebagai kebanggaan hidupnya, akan tetapi
ia jadikan sebagai suatu kewajiban seorang hamba kepada Khaliq yang senantiasa ia
kuatirkan, kalau kalau ibadahya itu tidak diterima oleh Allah Swt.
Orang
arifin selalu menguatirkan amalnya takut tidak diterima Allah Swt. Adapun orang yang berbuat dosa dan kesalahan, serta enggan meminta rahmat dan ampunan Allah, maka ia telah
menumbuhkan rasa angkuh. Orang ini telah mengesampingkan Allah dalam Tauhid-Nya.
Pengharapan kepada Allah,
selalu menjadi hiasan hati orang-orang arif. Bila suatu saat si hamba tergelincir dalam perbuatan
maksiat, ia
akan menemukan jalan keluar karena rahmat dan kecintaan Allah. Si hamba yakin kasih
sayang Allah akan mendatanginya, melindungi dan memberikan pertolongan
kepadanya.
Pemberian Allah berupa rahmat dan pertolongan akan diterima seorang hamba
apabila si hamba yang berlumuran dosa sadar akan kelemahan dirinya dan yakin kepada rahmat-Nya. Keyakinan seperti ini akan memberi peluang
bagi manusia yang berdosa agar cepat-cepat bertobat dan memohon ampunan kepada Allah swt.
Tobat bagi seorang yang
arif adalah pertanda nuraninya masih hidup dan jiwanya masih dibakar oleh iman,
sehingga ia tidak berputus asa menghadapi segala sesuatu yang ada padanya,
sebagai kenyataan yang tak boleh dielakkan.
Sesungguhnya Allah Ta'ala
telah menciptakan agama untuk manusia, bersamaan dengan memberikan kemampuan
mereka untuk beramal. Karena dengan amal itu manusia akan berupaya melepaskan dirinya dari
dosa dan
kesalahan.
ketaatan kepada Allah bukanlah suatu amal yang harus dipamerkan karena ketaatan
adalah hiasan jiwa yang jaminan ketulusan di dalamnya. Ketaatan itu sendiri belum menjadi jaminan seorang
untuk masuk suga. Karena hal ini memerlukan ujian yang sangat istimewa.
Seorang hamba yang arif akan selalu menghindarkan
dari dirinya kedengkian,
kesombongan dan kebanggaan. Sebab sifat yang disebut terakhir, akan
memberi kesempatan kepada iblis mendapat tempat dalam ruang jiwa kita.
Keimanan kepada Allah adalah perisai yang paling ampuh dalam berhadapan dengan musuh Allah (Iblis). Hamba Allah yang
mempergunakan lslam sebagai senjata melawan Iblis, itulah yang akan mendapat
kemenangan dan kasih sayang-Nya.
Memenuhi jiwa kita dengan
ajaran-ajaran
Islam adalah wajib, agar kita terhindar dari ajaran dan pemikiran yang bukan
Islam. Agama islam itu wajib dijadikan hujah dalam perjalanan hidup kita, agar terhindar dari perbuatan yang bebal dan bodoh. Orang yang
membanggakan amal ibadahnya berarti
menyandarkan
diri pada amal ibadahnya. Padahal semua amal ibadah harus disandarkan kepada Allah Ta'ala semata.
Berbangga kepada amal
ibadah yang telah dilaksanakan sama dengan syirik. Karena perbuatan seperti itu selain
membanggakan diri di hadapan Allah Ta'ala, bahwa ia telah bisa beramal dan
beribadah, ia pun telah mendahului Allah, seakan-akan amal ibadahnya telah
diterima Allah Swt. Orang seperti
ini seakan-akan amal itu datang dari kemampuannya sendiri
lalu mengandalkan amal untuk mencapai tujuan.
Orang-orang arif dan
bermakrifat kepada Allah, lebih banyak bersyukur karena banyak kesempatan baginya untuk
beramal. Dengan rahmat dan kasih sayang itulah ia mampu melaksanakan semua amal
ibadahnya dalam kehidupan dunia ini.
(Sumber
: Syekh Ahmad Ataillah)
No comments:
Post a Comment