Cara-cara berbisnis yang tidak sesuai dengan etika Islam akan menyebabkan tidak sehatnya iklim usaha karena banyaknya perusahaan yang tutup akibat pengelolanya tidak amanah. Di samping itu harta yang didapatkan juga tidak akan berkah. Hal ini akan berdampak kepada kemurkan Allah yang tercermin dalam berbagai bentuk bencana alam. “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al araf [7]:96)
Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Tidak sedikit orang-orang yang sudah kaya terjerat dengan perjudian, narkoba, dan minum-minuman keras. Ujung-ujungnya bisnisnya mengalami kebangkrutan dan kehancuran. Hal ini juga bisa berdampak kepada kehancuran keluarga. Padahal dalam Islam kita dilarang untuk berbuat kerusakan apalagi terhadap diri sendiri. Dan sudah pasti perbuatan jelek kita itu tidak akan menimpa ke mana-mana kecuali akan menimpa diri kita sendiri. “Janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS. Al baqarah[2]:60)
Saat ini banyak orang yang berbisnis tanpa mempertimbangkan nilai-nilai dan etika dalam mencarinya. Orang-orang menggunakan segala cara, yang penting cepat kaya tanpa mempedulikan bagaimana cara mendapatkannya dan dari mana datangnya kekayaan. Padahal dalam Islam kita disuruh mendekatkan diri kepada Allah dan mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang dapat mendekatkan kepada keridhaan-Nya. Dan berjihadlah pada jalan-Nya semoga kamu beruntung.” (QS. Al maidah[5]:35)
Ayat di atas memerintahkan kepada kita untuk berjihad pada jalan-Nya. Artinya bersungguh-sungguh untuk menegakkan aturan Allah dan sungguh-sungguh untuk menerapkan nilai-nilai Islam terutama dalam berbisnis. Kita harus meninggalkan bisnis yang tidak beretika yang hanya mencari keuntungan pribadi tanpa memperdulikan orang lain.
Etika sendiri merupakan pedoman moral dalam kehidupan manusia yang akan membimbing manusia untuk menetukan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Karena pada dasarnya sesama umat Islam adalah satu keluarga yang tidak boleh menyakiti satu sama lain dan tidak boleh zalim satu sama lain.
Untuk itu sudah saatnya umat Islam menerapkan etika Islam dalam setiap disiplin keilmuan terutama ilmu ekonomi. Karena betapapun canggihnya ilmu ekonomi tapi kalau orang yang menjalankannya tidak beretika maka ilmu itu pasti akan digunakan untuk mencari keuntungan pribadi atau untuk berbuat kejahatan dan memuaskan hawa nafsunya.
Seharusnya ilmu ekonomi bisa mengarahkan orang untuk hidup lebih baik, hemat dan bisa mengendalikan diri. Jangan sampai ilmu ekonomi justru mendorong orang untuk hidup serakah. Disamping itu ilmu ekonomi juga harus bisa mendorong orang untuk berpikir tentang kehidupan yang abadi sehingga orang tidak semata-mata menumpuk kekayaan di dunia tanpa mempersiapkan bekal kehidupan yang hakiki.
Keyakinan akan adanya kehidupan akhirat insya Allah akan bisa menahan nafsu untuk berlomba-lomba hanya menumpuk kekayaan di dunia karena pada akhirnya semua itu akan ditinggalkan juga. Yang bisa dibawa hanyalah amal kebaikannya selama di dunia. Akibatnya keyakinan itu akan mendorong mereka untuk banyak berbuat baik. ”Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan kalau mereka mengetahui.” (QS. Al ankabut[29]: 64)
Namun, keyataan yang kita lihat saat ini banyak orang yang terjun di bidang kewirausahaan tapi orientasinya hanya semata-semata mencari kekayaan. Tujuannya hanya bagaimana mendapatkan banyak kekayaan. Padahal tujuan hidup bukan hanya untuk itu. Hidup bukan hanya untuk mencari atribut kemewahan dunia seperti rumah mewah, mobil, dan uang. Karena manusia tidak akan pernah puas dengan dunia. Manusia akan selalu menginginkan yang lebih baik, lebih banyak, dan lebih lama.
Itulah gejala yang terlihat saat ini di sebagian kalangan pebisnis. Mereka termotivasi hanya sekadar untuk mendapatkan uang dan kekayaan. Setelah itu mereka berlomba-lomba lagi untuk mendapatkan yang lebih banyak. Begitu saja terus karena memang tidak ada ujungnya. Namun, yang pasti sampai kapanpun manusia itu tidak akan pernah terpuaskan dengan dunia.
Allah Swt. berfirman dalam al Quran, “Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tentram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat kami. Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus[10]:7-8) Bahkan dalam ayat lain Allah berfirman, “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al ankabut[29]:64)
Begitu juga dengan hadits-hadits rasulullah, begitu banyak mengajarkan tentang etika dalam berbisnis. Di antaranya beliau pernah bersabda, ”Rahmat Allah atas orang yang berbaik hati ketika ia menjual dan ketika ia membuat keputusan.” (HR. Bukhari). Dalam hadits yang lain, “Hindari banyak bersumpah ketika melaksanakan transaksi dagang, sebab itu dapat menghasilkan suatu penjualan yang cepat lalu menghapuskan berkah. (HR. Bukhari dan Muslim) Wallahua’lam.***
No comments:
Post a Comment