Sudah menjadi kebiasaan kita
untuk cepat mengenali apa yang boleh kita lakukan. Namun terkadang kita lambat
mengenali apa yang tidak boleh kita lakukan. Seharusnya ada keseimbangan. Karena
sama pentingnya mengenal apa yang boleh dan apa yang tidak boleh kita lakukan.
Begitu juga seorang pemimpin
terkadang cepat mengenali apa yang membuat dia sukses tapi lambat mengenali apa
yang membuat dia gagal. Untuk itu berikut ini akan dipaparkan apa saja yang
membuat seorang pemimpin gagal. Harapannya seorang pemimpin bisa
mengantisipasinya dari awal sehingga terhidar dari kegagalan.
Pertama, memimpin tanpa kasih
sayang
Pemimpin yang tidak memiliki
kasih sayang tidak akan disayangi oleh pengikutnya. Apalagi pemimpin yang
bertangan besi, penuh dengan intimidasi dan paksaan pasti tidak akan bertahan
lama. Sebaliknya pemimpin yang akan sukses adalah pemimpin yang menyayangi
pengikutnya dan pengikutnya juga mencintai pemimpinnya.
Kedua, tidak mau melayani
anggotanya.
Hakikat pemimpin adalah pelayan
bagi pengikutnya. Memimpin artinya berkorban untuk orang yang dipimpin. Dia
berusaha melayani dan memenuhi kebutuhan anggotanya secara bersama sama. Oleh
karena itu, orang yang siap memimpin harus siap melayani. Dia tidak menilai
pekerjaan berdasarkan status. Karena jabatan hanya pembagian tugas.
ketiga, bersikap kasar.
Sikap adalah sesuatu yang
menular. Ketika pemimpin bersikap ramah, pengikutnya juga akan bersikap ramah
kepada orang lain. Sebaliknya kalau pemimpin bersikap kasar maka pengikutnya juga
akan bersikap kasar.
Pemimpin yang baik sadar bahwa tidak
setiap pekerjaan yang didelegasikan kepada tim berjalan sesuai rencana. Terkadang
ada hal-hal yang terjadi di luar keingian.Seorang pemimpin yang baik akan
menyikapinya dengan tenang tanpa menumpahkan kemarahan. karena ketika dia marah
suasana akan langsung berubah menjadi ruang interogasi yang menakutkan.
keempat, terlalu sibuk
Pemimpin tidak harus melakukan
segala hal. Dia bisa mendelegasikan tugas rutin operasional kepada bawahannya. Sementara
pemimpin melakukan tugas-tugas strategis secara efektif.
Kelima, berharap dari apa yang
dilakukan
Gelar pendidikan yang tinggi
tidak menjamin seseorang sukses dalam kepemimpinannya. Dia sadar bahwa realita
yang akan terjadi bukan seperti yang dia ketahui tapi sesuai dengan apa yang
sudah dia lakukan. Oleh karena itu pemimpin yang baik mengharapkan hasil sesuai
dengan apa yang telah dia lakukan.
keenam, bangga dengan jabatan.
Pemimpin sejati tidak butuh jabatan.
Orang memilihnya karena memang dia layak jadi pemimpin. Baik dari segi keilmuan,
kecakapan maupun kredibilitasnya. Pemimpin yang selalu bersandar pada jabatan menunjukkan bahwa dia tidak punya
keahlian dan kecakapan yang bisa mempertahankan kepemimpinannya.
Ketuhjuh, tidak mau tahu
Pemimpin yang baik memiliki kepedulian
pada pengikutnya. Dia tidak cuek dengan berbagai keluhan dari anggotanya, tidak
melebih-lebihkan sebuah kejadian sehingga tampak lebih buruk dari kenyataanya
dan menyikap segala sesuatu dengan proporsional.
Kedelapan, takut disaingi
Tidak sedikit pemimpin yang takut
tersaingi oleh pengikutnya. Dia tidak mau digantikan dan ingin selamanya jadi
pemimpin. Padahal ukuran pemimpin dinilai dari seberapa banyak dia melahirkan
pemimpin bukan seberapa lama dia berkuasa.
Kesembilan, kurang antusias.
Antusias adalah sikap yang cepat
menular. Ketika pemimpin berbicara dengan antusias maka pengikutnya juga akan
antusias. Sebaliknya kalau pemimpin tidak antusias maka pendengannya juga melakukan
hal yang sama. Untuk itu seorang pemimpin harus mengawali sikap antusias dari
dirinya sendiri.
Kesepuluh, mendelegasikan tugas
sekaligus tanggungjawabnya.
Mendelegasikan tugas bukan
berarti mendelegasikan tanggungjawab. Pemimpin tetap bertanggungjawab dengan
tugas yang diberikan. Dia harus memantau apakah bawahan sudah mengerjakannya
dengan benar atau belum? Kalau bawahan tidak becus melaksanakan tugas, pimpinan
ikut bertanggungjawab. Karena bisa cara mendelegasikannya salah.
sumber : www.lead.sabda.org
No comments:
Post a Comment