04 May 2018

PENYEBAB KEGAGALAN PEMIMPIN (2)



Sudah menjadi kebiasaan kita untuk cepat mengenali apa yang boleh kita lakukan. Namun terkadang kita lambat mengenali apa yang tidak boleh kita lakukan. Seharusnya ada keseimbangan. Karena sama pentingnya mengenal apa yang boleh dan apa yang tidak boleh kita lakukan.

Begitu juga seorang pemimpin terkadang cepat mengenali apa yang membuat dia sukses tapi lambat mengenali apa yang membuat dia gagal. Untuk itu berikut ini akan dipaparkan apa saja yang membuat seorang pemimpin gagal. Harapannya seorang pemimpin bisa mengantisipasinya dari awal sehingga terhidar dari kegagalan.

Pertama, memimpin tanpa kasih sayang
Pemimpin yang tidak memiliki kasih sayang tidak akan disayangi oleh pengikutnya. Apalagi pemimpin yang bertangan besi, penuh dengan intimidasi dan paksaan pasti tidak akan bertahan lama. Sebaliknya pemimpin yang akan sukses adalah pemimpin yang menyayangi pengikutnya dan pengikutnya juga mencintai pemimpinnya.

Kedua, tidak mau melayani anggotanya.
Hakikat pemimpin adalah pelayan bagi pengikutnya. Memimpin artinya berkorban untuk orang yang dipimpin. Dia berusaha melayani dan memenuhi kebutuhan anggotanya secara bersama sama. Oleh karena itu, orang yang siap memimpin harus siap melayani. Dia tidak menilai pekerjaan berdasarkan status. Karena jabatan hanya pembagian tugas.

ketiga, bersikap kasar.
Sikap adalah sesuatu yang menular. Ketika pemimpin bersikap ramah, pengikutnya juga akan bersikap ramah kepada orang lain. Sebaliknya kalau pemimpin bersikap kasar maka pengikutnya juga akan bersikap kasar.

Pemimpin yang baik sadar bahwa tidak setiap pekerjaan yang didelegasikan kepada tim berjalan sesuai rencana. Terkadang ada hal-hal yang terjadi di luar keingian.Seorang pemimpin yang baik akan menyikapinya dengan tenang tanpa menumpahkan kemarahan. karena ketika dia marah suasana akan langsung berubah menjadi ruang interogasi yang menakutkan.

keempat, terlalu sibuk
Pemimpin tidak harus melakukan segala hal. Dia bisa mendelegasikan tugas rutin operasional kepada bawahannya. Sementara pemimpin melakukan tugas-tugas strategis secara efektif.

Kelima, berharap dari apa yang dilakukan
Gelar pendidikan yang tinggi tidak menjamin seseorang sukses dalam kepemimpinannya. Dia sadar bahwa realita yang akan terjadi bukan seperti yang dia ketahui tapi sesuai dengan apa yang sudah dia lakukan. Oleh karena itu pemimpin yang baik mengharapkan hasil sesuai dengan apa yang telah dia lakukan.

keenam, bangga dengan jabatan.
Pemimpin sejati tidak butuh jabatan. Orang memilihnya karena memang dia layak jadi pemimpin. Baik dari segi keilmuan, kecakapan maupun kredibilitasnya. Pemimpin yang selalu bersandar pada  jabatan menunjukkan bahwa dia tidak punya keahlian dan kecakapan yang bisa mempertahankan kepemimpinannya.

Ketuhjuh, tidak mau tahu
Pemimpin yang baik memiliki kepedulian pada pengikutnya. Dia tidak cuek dengan berbagai keluhan dari anggotanya, tidak melebih-lebihkan sebuah kejadian sehingga tampak lebih buruk dari kenyataanya dan menyikap segala sesuatu dengan proporsional.

Kedelapan, takut disaingi
Tidak sedikit pemimpin yang takut tersaingi oleh pengikutnya. Dia tidak mau digantikan dan ingin selamanya jadi pemimpin. Padahal ukuran pemimpin dinilai dari seberapa banyak dia melahirkan pemimpin bukan seberapa lama dia berkuasa.

Kesembilan, kurang antusias.
Antusias adalah sikap yang cepat menular. Ketika pemimpin berbicara dengan antusias maka pengikutnya juga akan antusias. Sebaliknya kalau pemimpin tidak antusias maka pendengannya juga melakukan hal yang sama. Untuk itu seorang pemimpin harus mengawali sikap antusias dari dirinya sendiri.

Kesepuluh, mendelegasikan tugas sekaligus tanggungjawabnya.
Mendelegasikan tugas bukan berarti mendelegasikan tanggungjawab. Pemimpin tetap bertanggungjawab dengan tugas yang diberikan. Dia harus memantau apakah bawahan sudah mengerjakannya dengan benar atau belum? Kalau bawahan tidak becus melaksanakan tugas, pimpinan ikut bertanggungjawab. Karena bisa cara mendelegasikannya salah. 
sumber : www.lead.sabda.org

No comments:

Post a Comment