Bagaimana caranya agar kita bisa merasakan manisnya iman? Bisakah hanya dengan menjalankan Ibadah-ibadah ritual setiap hari seperti shalat lima waktu, shalat tahajud, shalat dhuha, puasa senin-kamis, sedekah, dan ibadah-ibadah lainnya?
Karena kenyataannya banyak orang yang sudah melakukan semua itu tapi tetap belum merasakan lezatnya iman. Dia masih sering gelisah, takut bila tidak punya uang, bahkan stress saat rekening tabungannya semakin menipis.
Bisa jadi semua itu belum cukup. Karena seiring dengan peningkatan iman seseorang maka dia membutuhkan ibadah yang sebanding dengan kadar keimanan dan keilmuannya.
Orang awam bisa jadi sudah merasakan kebahagiaan yang luar biasa dengan hanya mengerjakan shalat wajib. Berbeda halnya bagi para ulama, ibadah-ibadah sunnah bisa jadi wajib baginya. Dia akan merasa berdosa bila tidak tahajud satu hari saja. Padahal bagi orang awam, tidak tahajud seminggu pun mungkin tidak menimbulkan rasa bersalah. Jadi semuanya bergantung kepada tingkatan iman dan keilmuan seseorang.
Sama halnya dengan orang yang baru kaya, maka tingkat kepuasannya akan terus meningkat seiring dengan pertambahan kekayaannya. Biasanya dia sudah puas dengan makan Rp. 10.000 per porsi. Tapi setelah kaya dia baru puas kalau sudah makan di restoran mahal yang harga perporsinya bisa jadi Rp. 50.000 bahkan lebih.
Kalau begitu bagaimana caranya agar kita terus merasakan kelezatan iman seiring dengan pertumbuhan keimanan dan keilmuan kita? “Dari Anas ra. (ia berujar) bahwa Rasulullah saw bersabda, ada tiga hal yang siapa saja ada di dalamnya tentu akan ia rasakan manisnya iman : apabila Allah dan rasulnya lebih dicintainya ketimbang yang lain, mencintai seseorang hanya karena Allah, dan beci untuk kembali kepada kekafiran laksana ia benci jika dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR Bukhari)
Dari hadis di atas dapat kita simpulkan bahwa ada tiga hal yang akan membuat kita bisa merasakan kelezatan iman. Pertama, mencintai Allah dan rasul lebih dari yang lain. Kedua, mencintai seseorang hanya karena Allah. Ketiga, benci kembali kepada kekafiran ibarat bencinya dia bila dicampakkan ke dalam api neraka.
Ya Allah anugerahi kami kelezatan iman hingga ajal menjelang. Amin.***
No comments:
Post a Comment