18 December 2011

Belajar Dagang dari Nabi




Setelah kakeknya wafat Muhammad diasuh oleh sang paman, Abu Thalib yang berprofesi sebagai pedagang. Sebagaimana kita ketahui, berdagang merupakan pekerjaan utama masyarakat Mekah saat itu. Pada usia 12 tahun beliau ikut pamannya dalam ekspedisi dagang ke Syiria bersama kabilah dagang kota Mekah. Itulah pengalaman pertamanya berdagang ke luar kota Mekah.
Abu Thalib sendiri adalah orang yang sangat sederhana, walaupun mempunyai banyak tanggungan yang harus dinafkahi. Hal ini mendorong Muhammad  untuk hidup mandiri dengan berdagang kecil-kecilan. Sehingga pada usia 17 tahun Muhammad sudah mulai berkeliling dari satu pasar ke pasar untuk berdagang. 
Muhammad sendiri tidak mengawali bisnisnya dengan modal besar. Modal utama beliau adalah kejujuran dan kepercayaan. Dengan bekal itu banyak investor yang mempercayakan dagangannya untuk dikelola oleh Muhammad dengan sistim bagi hasil.
Salah seorang investor yang bekerjasama dengan Muhammad adalah Khadijah. Beliau adalah salah seorang pengusaha kaya di Mekah yang menjalankan bisnisnya melalui agen-agen. Salah satu agen terbaiknya adalah Muhammad, yang terkenal dengan kejujuran dan kredibilitasnya. Inilah yang membuat Khadijah tertarik kepada Muhammad. Puncaknya, Khadijah menyampaikan lamarannya kepada Muhammad sepulang nabi melakukan perjalanan dagang ke Busra, Syiria.
Apa yang membuat Khadijah tertarik bermitra dengan nabi bahkan mau menikah dengan beliau? Salah satunya adalah karena Muhammad berdagang dengan kejujuran dan profesionalitas. Hal itu dibuktian oleh Nabi dari setiap  perjalanan dagangnya baik ke Syiria, Yerussalem, Yaman, dan ke berbagai pusat dagang lainnya.
Islam sendiri memandang pekerjaan dagang sebagai pekerjaan yang mulia. Oleh karena itulah, rasul menjadikan aktivitas berdagang sebagai salah satu bentuk ibadahnya kepada Allah. Bahkan rasul pernah bersabda, “Berdaganglah kamu, sebab lebih dari sepuluh bagian penghidupan, sembilan diantaranya dihasilkan dari berdagang.”(HR Ahmad)
Allah pun telah menjadikan siang untuk mencari penghidupan dan mencari karunia-Nya. “Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat. Dan dia menjadikan siang untuk bangun berusaha.” (QS. Al Furqan[25]:47). Di ayat yang lainpun Allah juga berfirman, “Bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah rahmat Allah.” (QS. Al Jumuah[62]:60).
Ayat ini benar-benar menjadi pendorong umat islam untuk berbisnis. Bahkan para sahabatpun banyak yang berprofesi sebagai pedagang. Seperti halnya Abu Bakar Shiddiq yang dikenal sebagai pedagang bahan pakaian, Umar bin Khattab berdagang hasil pertanian berupa jagung, dan Usman yang berjualan bahan pakaian.
Oleh karena itu wajar bila nabi banyak memberikan petunjuk dalam berdagang. Diantaranya petunjuk agar mengutamakan kejujuran, berhubungan dengan baik, dan ramah kepada pelanggan. Itulah sebagian rahasia keberhasilan rasul dan sahabat dalam berdagang.
Afzalurrahman dalam bukunya Muhammad Sebagai Seorang Pedagang, juga menuliskan beberapa tuntunan rasul dalam berdagang.
1.   Tidak boleh berbohong atau menipu.
2.   Pelanggan yang tidak mampu membayar kontan hendaknya diberi tempo untuk melunasinya.
3.   Penjual harus menjauhi sumpah yang berlebih-lebihan dalam menjual suatu barang.
4.   Penjual harus tegas terhadap timbangan dan takaran.
5.   Orang yang membayar dimuka untuk pembelian sesuatu barang tidak boleh menjualnya sebelum barang tersebut benar-benar menjadi miliknya.
6.   Melarang bentuk monopoli dalam perdagangan.***

 


No comments:

Post a Comment