27 November 2011

Kedudukan Ekonomi Dalam Islam




Sistim ekonomi komunis telah runtuh yang ditandai oleh hancurnya negara Uni Soviet, penggagas dan penganut sistim ekonomi komunis. Sehingga Amerika tampil sendirian sebagai negara super power dengan prinsip ekonomi kapitalisnya. Belakangan kita juga sama-sama tahu perekonomian Amerika juga hancur. Ini membuktikan bahwa sistim ekonomi kapitaslis tidak sanggup bertahan dan tidak bisa menjadi pegangan di abad 21 ini.

Kehancuran sistim ekonomi kapitaslis disebabkan oleh rendahnya motivasi para pelaku ekonomi. Mereka digerakkan oleh keinginan dan nafsu untuk menonjolkan diri, keserakahan, kemarahan dan ketakutan. Begitu menurut Danah Zohar dan Ian Marshall dalam bukunya Spiritual Capital. Sistim ekonomi kapitalis telah melahirkan tirani dan saudagar uang dengan praktek riba yang memperjual belikan mata uang.

Disamping itu sistim ekonomi capital juga menimbulkan dampak seperti kerusakan lingkungan, kesehatan yang buruk, tingginya pengangguran dan kemiskinan. Setelah semua itu hancur maka sekarang dunia tinggal berharap dari sistim ekonomi Islam(syariah).

Hal ini ditandai oleh perkembanganan ekonomi syaria di seluruh dunia. Orang berlomba-lomba mendirikan bank syariah baik di Indonesia maupun di luar negeri. Bahkan para investor dari Timur tengah justru berdatangan ke Negara-negara berkembang untuk menginvestasikan dananya.  Inilah era spiritualitas yang dimotori oleh sistim ekonomi Islam sebagai lokomotifnya.

Ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi barat. Ekonomi Islam memiliki karakteristik sebagai ekonomi ilahiah yang berwawasan kemanusiaan, berakhlak dan merupakan ekonomi pertengahan. Sebaliknya, ekonomi barat cendrung untuk mengendalikan pasar, berusaha mengalahkan pesaing bisnis, dan meraih keuntungan dengan bunga yang besar. Semuanya itu terkadang dicapai tanpa mempedulikan caranya. Ekonomi barat lebih mengutamakan keuntungan individu, dunia dan kekinian, serta tidak mempedulikan penilaian Allah dan akhirat.

Ekonomi Islam sebagai ekonomi ilahiah berangkat dan bertitik tolak dari Allah, tujuannya mencari ridha Allah, caranya tidak bertentangan dengan syariat Allah dan kegiatan ekonominya dikaitkan kepada prinsip ilahiah. Jadi dalam ekonomi Islam kita melaksanakan pekerjaan dalam rangka melaksanakan ibadah kepada Allah. Semakin baik seseorang  melakukan amal ibadah bisnisnya maka semakin dekat dia kepada Allah.

Kemudian setelah dia mendapatkan keuntungan dan kekayaan dari bisnisnya dia yakin itu datang dari Allah dan dia bersyukur dengan rezeki itu. Dalam berbisnis dia selalu tunduk kepada aturan Allah dan tidak melakukan usaha yang haram. Dia menjauhi hal-hal yang diharamkan dalam berbisnis seperti tidak berusaha dengan sesuatu yang haram, caranya tidak haram, tidak melakukan riba, tidak melakukan penimbunan, tidak zalim, menipu, berjudi, mencuri tidak menyuap dan menerima suap.Wallahua’lam.***



No comments:

Post a Comment