Salah satu tabiat manusia adalah tidak pernah merasa puas. Hal ini ditegaskan oleh rasul dalam sebuah hadist, ”Sekiranya seorang anak Adam mempunyai dua lembah berisikan emas, ia akan berusaha mendapatkan yang ketiga. Mata anak Adam tidak akan puas kecuali ia telah ditutupi tanah.” (HR Bukhari)
Oleh karena itu, nabi menuntun kita agar bersikap wajar dalam mencari kekayaan. Etika dan akhlak harus dijadikan acuan dalam berbisnis agar tidak tidak terjerumus kepada menghalalkan segala cara.
Tabiat yang kurang baik bukan untuk diikuti. Semua itu adalah ujian apakah kita bisa mengendalikan diri atau tidak. “Dan janganlah kamu tunjukkan kedua matamu kepada apa yang telah kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka sebagai bunga kehidupan dunia untuk kami cobai mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS.Tha haa [20]:131)
Orientasi kerja bukan hanya untuk menumpuk kekayaan. Orang yang mencari harta tanpa memperdulikan agama akan berujung dengan kegelisahan. Sebaliknya, dengan mengikuti tuntunan agama, harta yang kita dapat akan mendatangkan keberkahan.
Kaya yang hakiki tidak hanya ditentukan oleh banyaknya harta tapi bergantung kepada ketenangan jiwa. Rasulullah bersabda, ”Bukanlah kaya karena banyak harta, tetapi kaya karena kekayaan jiwa.” (Muttafaqun ‘alaih)
Inilah landasan umat islam dalam mencari rezeki. Tujuannya bukan semata mencari kekayaan materi tapi juga meraih kekayaan jiwa. Karena sesungguhnya yang maha kaya hanyalah Allah. ”Kepunyaan Allah apa yang ada di langit dan di bumi.”(QS. Ali Imran[3]:129). Wallahua'lam.
No comments:
Post a Comment