10 December 2011

Islam dan Dagang


Sukses dunia akhirat bukan sesuatu yang mustahil kalau kita mau berusaha. Salah satu caranya adalah dengan berbisnis secara islami.
Bisnis tidak identik dengan mengejar kekayaan. Karena orang kaya dalam islam adalah orang yang banyak memberi bukan orang yang banyak mengumpulkan harta. Harta hanyalah alat untuk meraih kekayaan yang sifatnya relatif. Sebagian orang mungkin sudah merasa kaya dengan memiliki uang 10 juta rupiah. Tapi bagi sebagian yang lain uang sejumlah itu mungkin tidak ada apa-apanya.
Di dalam islam sendiri kekayaan juga diartikan dengan kekayaan jiwa. Kaya dan miskin bergantung pada hati seseorang, bukan pada apa yang dimilikinya. Namun demikian kita tidak dilarang menjadi orang kaya secara materi dimana salah satu cara meraihnya adalah dengan berbisnis.
Namun apakah sesungguhnya yang diharapkan dari aktivitas bisnis? Apakah hanya sekedar mencari uang? Pertanyaan ini patut menjadi renungan kita bersama. Karena tidak sedikit orang yang berbisnis hanya sekedar mencari keuntungan duniawi yang sesaat. Mereka hanya mengejar uang dan materi tanpa memperdulikan nilai-nilai moral dan etika. 
Padahal berdagang (mencari karunia Allah) merupakan profesi yang mulia dalam islam. Al Quran dan hadist banyak membahas persoalan ini. Diantaranya, ”Apabila shalat telah ditunaikan hendaklah kalian berpencar di muka bumi dan carilah karunia Allah.” (QS al Jumuah[62]:10) Artinya kalau shalat sudah ditunaikan maka kita diperintahkan untuk kembali melanjutkan usaha dan pekerjaan kita.
Berdagang juga bisa mengantarkan seseorang masuk surga selama dia melakukannya dengan cara yang benar. “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS Al Baqarah [2]: 275).
Disamping itu, Allah juga berjanji akan melindungi para pedagang yang jujur pada hari kiamat nanti. ”Kaum pedagang pada hari kiamat akan dibangkitkan sebagai manusia-manusia durhaka kecuali yang bertakwa kepada Allah, patuh, dan jujur.” (HR Turmizi)                Di hadist lain, “Pedagang yang jujur lagi terpercaya adalah bersama-sama nabi, orang-orang shiddiqin, dan para syuhada.” (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Bahkan Umar bin Khatab pernah berkata, ”Selain jihad fi sabilillah, tidak ada tempat yang paling saya sukai sebelum ajalku tiba kecuali pasar, tempat saya bisa berdagang untuk mencari nafkah bagi keluarga saya.”
Begitu juga ketika Abdurrahman bin Auf ditawari harta dan istri oleh orang Anshor ketika hijrah ke Madinah, dia hanya berucap, ”Saya ini seorang pedagang, tunjukkan saja kepadaku di mana tempat perniagaan.” Begitu dermawannya beliau sehingga kita mengenal Abdurahman bin Auf sebagai seorang sahabat nabi yang banyak menyumbang untuk kepentingan dakwah dari hasil usaha perdagangannya.
Berbeda halnya dengan orang yang tidak menggunakan etika dalam berbisnis, dia akan melakukan segala cara untuk mendapat keuntungan. Mereka tidak menghiraukan aturan agama, tidak peduli halal dan haram, bahkan tidak jarang mereka melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme. Na’uzubillah.
Kalau seseorang berbisnis dengan cara yang bathil maka dia tidak berhak beroleh kemuliaan di akhirat nanti. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.” (QS An-Nisa[4]: 29) Begitu besarnya perhatian islam pada aktivitas berdagang sehingga tidak heran sebagian besar nabi dan sahabat pernah menekuni profesi ini.
Untuk itu, agar selamat di akhirat maka seorang pedagang harus menerapkan etika dalam berbisnis, diantaranya:
1.   Aktivitas dagang tidak boleh menghalangi dari mencari ilmu, dan ibadah kepada Allah.
2.   Tidak boleh menipu, berbohong, dan bersumpah palsu.
3.   Selalu jujur dan bersikap terus terang.
4.   Mudah ketika menjual dan membeli. ”Allah merahmati seseoang hamba yang ramah ketika menjual, ketika membeli dan ketika menagih.” (HR Ibnu hibban).
5.   Bersedekah dari hasil usahanya.
6.   Berusah mencari rezeki yang halal.
7.   Menempati timbangan dan tidak menipu.
8.   Tidak berjualan di dalam masjid. ”Jika kamu melihat orang yang menjual atau membeli sesuatu di dalam masjid maka katakanlah, ’Semoga Allah tidak memberi keuntungan pada perniagaanmu’.” (HR Ibnu khuzaimah)





No comments:

Post a Comment