26 November 2011

Membangun Kepercayaan Konsumen


Kepercayaan adalah modal utama dalam berbisnis. Kalau pemilik modal sudah percaya kepada kita maka dia tidak akan ragu-ragu menginvestasikan dananya kepada kita. Begitu pula dengan konsumen, kalau mereka sudah percaya kepada kita maka dia akan membeli produk kita tanpa ragu-ragu.
Khusus untuk membangun kepercayaan konsumen maka ada beberapa kiat yang bisa kita lakukan.
  1. Sesuaikan cara bicara dengan tipe konsumen. Kalau mereka dari kalangan awam maka gunakanlah bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Sebaliknya kalau mereka dari kalangan menengah ke atas maka gunakan kata-kata yang sesuai untuk lebih meyakinkan mereka.
  2. Berempatilah kepada konsumen. Jangan hanya berpikir dari sisi kita dan melihat dari sisi kepentingan pribadi. Utamakanlah kepentingan konsumen kalau kita ingin untung.
  3. Mintalah tanggapan konsumen bila ada yang tidak sependapat dengan kita. Biasanya dari keberatan konsumen kita bisa mendapatkan masukan untuk perbaikan kualitas produk kita.
  4. Jangan memaksakan pendapat kita karena kepercayaan konsumen tidak bisa dipaksakan. Kepercayaan timbul dari dalam hati. Kalau hatinya menerima maka dia akan percaya. Dan ini tentu diawali dengan keyakinan yang kita tularkan dalam diri kita. Hal ini dapat kita lakukan dengan mempercayai konsumen. Kalau kita percaya maka konsumenpun akan percaya kepada kita.

Kebiasaan selama ini adalah penjual yang mendomiasi pembicaraan. Dia bicara terus sambil menjelaskan produk dengan segala keunggulannya. Tapi dia tidak mau mendengar barang sebentar tentang apa yang dibutuhkan oleh konsumennya. Sehingga ketika dia sudah capek bicara konsumen malah pergi karena tidak mendapatkan apa yang dia butuhkan. Oleh karena itu, ada beberapa tips yang dapat diterapkan.
  1.  Jangan dominasi pembicaraan. Dengarkan kebutuhan konsumen dan bantulah dia memenuhinya.
  2. Berilah tanggapan dari pertanyaan dan keberatannya. Kalau perlu rangsanglah konsumen untuk bicara agar kita bisa menangkap apa yang dibutuhkannya. Kalau kita sudah tahu apa yang dibutuhkannya maka kitapun akan bisa menawarkan dengan tepat.
  3. Tangkaplah makna di balik kata-katanya. Lihatlah bahasa tubuhya karena itulah yang sebenarnya ingin dia katakan. Kalau kita sudah terbiasa, maka kita akan bisa memahami apa yang diinginkan.
  4. Dengarkanlah dengan penuh perhatian jangan sibuk menjawab dan membatah atau bahkan mengajari konsumen. Kita justru harus menjadi pendengar yang baik dan menanggapinya dengan bukti nyata.
  5. Gunakanlah humor untuk mencairkan suasana agar tidak terlalu tegang. Dengan cara ini pesan kita bisa sampai ke hati orang lain dan tidak hanya sampai di telinga.
Konsumen sebenarnya suka dengan bahasa yang ringan dan santai. Karena itu, sudah menjadi tabiat otak kita untuk menyukai sesuatu yang ringan dan mudah dicerna. Kita akan betah berada dalam suasana nonformal dalam waktu yang lama dari pada berada  pada suasana yang formal.
Akhir kata, berbicaralah dengan bahasa yang sederhana dan ringan. Namun, bukan berarti asal berbicara tapi lahir dari pemikiran yang mendalam. Aristoteles pernah berkata, ”Berfikirlah seperti orang yang bijaksana, tetapi berbicaralah seperti orang biasa.” Wallahualam.***




No comments:

Post a Comment